Hama dan penyakit adalah dua faktor utama yang
menyebabkan kerusakan pada tanaman. Meskipun keduanya memiliki peran yang
berbeda dalam penyebab dan efeknya. Hama merujuk pada organisme yang merusak
tanaman, seperti akar, batang, daun, atau bagian lainnya, yang mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat atau bahkan mati. Secara umum, hama mencakup
semua bentuk gangguan terhadap manusia, ternak, dan tanaman. Dalam konteks
budidaya tanaman, hama merujuk pada semua jenis hewan yang merusak tanaman atau
hasil panennya dengan dampak ekonomis yang signifikan. Keberadaan hewan-hewan
ini di suatu pertanaman belum dianggap sebagai hama jika belum menyebabkan
kerugian ekonomis, namun potensi mereka sebagai hama perlu dimonitor melalui
kegiatan pemantauan. Secara umum, hewan-hewan yang dapat menjadi hama meliputi
serangga, moluska, tungau, tikus, burung, atau mamalia besar. Suatu jenis hewan
mungkin dianggap sebagai hama di suatu daerah, tetapi belum tentu menjadi hama
di daerah lain.
Hama pada tanaman cabai merupakan masalah serius
karena dapat merusak tanaman dan menularkan virus keriting daun yang berbahaya.
Serangan hama ini sangat berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan hasil panen
tanaman cabai. Untuk melindungi tanaman dari serangan hama, salah satu langkah
yang dapat dilakukan adalah menjauhkan tanaman yang sehat dari hama tersebut.
Penyemprotan insektisida secara teratur dengan dosis yang tepat juga merupakan
metode yang efektif, tetapi perlu diperhatikan agar tidak membuat hama tersebut
menjadi kebal terhadap insektisida. Jika tanaman cabai sudah terinfeksi, kita
perlu berusaha agar serangan tidak semakin parah. Di bawah ini akan dijelaskan
beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman cabai beserta cara mengatasi
serangan tersebut.
1. Trips
Daur Hidup Trips
Thrips adalah serangga kecil dengan ukuran sekitar
1-2 mm. Thrips dewasa memiliki tubuh kehitaman dengan totol merah atau garis,
sedangkan thrips muda memiliki tubuh agak keputihan atau kekuningan. Biasanya,
serangga ini meletakkan telur secara acak di bawah daun. Telur thrips berbentuk
oval atau mirip ginjal. Setelah menetas, mereka berubah menjadi nimfa. Selama
hidupnya, nimfa melewati beberapa tahap untuk menjadi pupa. Pupa tersebut
kemudian berkembang menjadi thrips muda yang berwarna keputihan atau kekuningan.
Pupa tidak dapat terbang, hanya meloncat-loncat saja.
Baca juga : 7 Penyakit utama pada tanaman cabai dan cara mengatasinya.
Baca Juga
Telur yang belum menetas dan nimfa tidak hanya ada
di bawah daun, tetapi juga dapat ditemukan di dalam tanah di sekitar tanaman.
Perkembangbiakan dari pupa menjadi thrips muda terjadi ketika udara relatif
kering dan suhu relatif tinggi. Siklus hidup hama ini berlangsung selama
sekitar 20 hari. Penyebaran thrips dapat terjadi dengan cepat melalui angin
atau manusia.
Gejala Serangan Trips
Thrips menyebabkan kerusakan pada tanaman dengan
cara menghisap cairan tanaman, yang mengakibatkan kerusakan sel-sel tanaman.
Biasanya, kerusakan sel ditandai dengan adanya bercak-bercak putih yang
berkilau pada daun karena kehilangan cairan. Bercak tersebut kemudian berubah
menjadi cokelat. Daun secara perlahan akan mati. Jika serangan sangat parah,
daun, pucuk, dan tunas baru akan menggulung ke dalam dan terjadi pembentukan
benjolan seperti tumor pada daun. Akibatnya, pertumbuhan tunas akan terhambat
dan tanaman akan menjadi kerdil.
Pengendalian Hama Trips
Jika terdapat tanaman yang telah diserang oleh hama thrips
di area pertanaman, disarankan untuk membongkar dan memusnahkan tanaman
tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran hama pada tanaman lain
yang masih sehat. Untuk mengatasi serangan thrips yang belum parah, penggunaan
insektisida kontak atau sistemik sangat dianjurkan. Beberapa insektisida yang
dapat digunakan antara lain Nudrin 24 dan Tokuthion 500 EC, dengan dosis yang
disesuaikan sesuai petunjuk pada kemasan. Insektisida tersebut perlu disemprotkan
secara merata pada permukaan daun bagian atas dan bawah. Interval waktu
penyemprotan harus disesuaikan dengan siklus hidup hama, yang berlangsung
sekitar 20 hari. Dengan interval penyemprotan sekitar 10 hari sebelum atau
setelah serangan, sehingga tanaman dapat terhindar dari serangan yang lebih
parah. Selain itu pemberian insektisida butiran yang ditaburkan dalam tanah
juga dapat sangat membantu. Hal ini dikarenakan pupa thrips banyak tersebar di
dalam tanah di sekitar tanaman. Beberapa jenis insektisida butiran yang sering
digunakan oleh petani meliputi Furadan 3G dan Temik 3G.
2. Kutu Daun (Aphids)
Daur Hidup Kutu Daun
Kutu daun atau aphids memiliki kemampuan berkembang
biak melalui metode melahirkan. Mereka mengalami proses parthenogenesis, di mana
sel telur dapat berkembang menjadi individu baru tanpa pembuahan. Setiap kutu
dewasa mampu melahirkan hingga 50 anak per minggu. Nimfa yang baru lahir akan
mencapai dewasa dalam waktu 6 hari. Hal ini terjadi karena embrio di dalam
tubuh nimfa juga mengalami perkembangan saat nimfa tersebut tumbuh menjadi
dewasa.
Gejala Serangan Kutu Daun
Serangan kutu daun biasanya terjadi pada awal musim
kemarau, di mana udara menjadi kering dan suhu meningkat. Pucuk tanaman dan
daun muda menjadi sasaran utama serangan ini. Kutu daun hidup dalam kelompok
yang padat sehingga mereka dapat menutupi bagian yang diserang. Dampak dari
serangan kutu daun ini adalah mengerutnya daun dan keringnya pucuk tanaman, sehingga
mengganggu pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Selain itu, kutu daun juga mengeluarkan
cairan manis seperti madu yang menarik kehadiran semut.
Seringkali serangan kutu daun diikuti oleh
pertumbuhan jamur berwarna hitam yang disebut cendawan jelaga. Pada serangan
yang parah, tanaman menjadi keriting dan terdapat lapisan hitam yang terbentuk
oleh cendawan jelaga. Lapisan tersebut menghambat sinar matahari agar tidak
mencapai butiran hijau daun (klorofil), mengganggu proses fotosintesis pada
tanaman. Jika tidak diatasi, tanaman dapat mati.
Kutu daun bukan hanya merusak tanaman cabai, tetapi
juga bertindak sebagai penyebar virus. Kutu ini dapat dengan mudah terbang dan
berpindah tempat, serta tubuhnya yang ringan memungkinkannya untuk terbawa oleh
angin. Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa kemampuan kutu daun dalam
menyebar dan menyebarkan virus sangat cepat dan efektif. Jika satu tanaman
terinfeksi virus, penyebarannya ke tanaman cabai lainnya tidak akan membutuhkan
waktu lama, meskipun jarak antar tanaman cukup jauh.
Pengendalian Hama Kutu Daun
Untuk mencegah serangan kutu daun, dapat dilakukan
penyemprotan insektisida dengan menggunakan jenis insektisida kontak maupun
sistemik. Beberapa jenis insektisida yang dapat digunakan adalah Tokuthion 500
EC, Anthion 33 EC, Folithin 50 EC, dan Karphos 25 EC. Penggunaan insektisida
harus sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label kemasan. Waktu
penyemprotan perlu memperhatikan siklus hidup kutu daun yang memerlukan waktu
sekitar 6 hari untuk mencapai dewasa dan melahirkan anak. Sebagai contoh,
interval penyemprotan selama 7 hari dapat dijadikan pertimbangan. Namun, jika
terjadi serangan yang lebih parah atau di luar kebiasaan, disarankan untuk
melakukan penyemprotan dengan interval waktu kurang dari 7 hari.
3. Tungau
Daur Hidup Tungau
Tungau merupakan hama berbentuk seperti laba-laba,
tetapi berukuran kurang dari 1 mm. Tungau betina dapat bertelur sebanyak 20
telur per hari dan memiliki umur hidup antara 2 hingga 4 minggu. Dalam waktu
satu bulan tungau betina mampu berkembang biak hingga satu juta tungau. Dalam
siklus hidupnya, tungau menetas dan mencapai dewasa serta siap untuk berkembang
biak dalam waktu sekitar 15 hari. Tungau dewasa memiliki warna merah dengan
mulut berwarna putih, sedangkan telurnya berwarna kuning pucat. Setelah
menetas, larva memiliki warna merah muda. Setelah mencapai tahap nimfa, tungau
akan mengalami pergantian kulit. Selongsong kulit larva dan nimfa berwarna
putih dan akan melekat pada daun.
Gejala Serangan Tungau
Terdapat dua jenis hama tungau yang umum menyerang
tanaman cabai, yaitu tungau kuning (Polyphagotarsonemus
latus) dan tungau merah (Tetranycus
sp.). Tungau dewasa memiliki kebiasaan menghisap cairan tanaman dengan rakus,
yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan secara mendadak. Seperti hama
lainnya, ada kemungkinan bahwa tungau juga menjadi vektor penularan penyakit
virus.
Tungau dapat merusak daun, pucuk, dan tunas muda
tanaman. Bagian yang diserang akan mengalami pertumbuhan yang tidak normal dan
perubahan warna. Selanjutnya, daun akan mengerut dan menggulung. Tanda-tanda
keberadaan tungau pada daun biasanya terlihat dari titik-titik kecil berwarna
merah, kuning, atau putih. Titik-titik ini akan terlihat bergerak lambat di
bawah lapisan benang yang sangat halus. Titik-titik ini merupakan tungau
tersebut, dengan titik berwarna merah merupakan tungau dewasa, sedangkan titik
berwarna kuning atau putih adalah telur atau tungau muda yang belum menetas.
Seperti hama lainnya, tungau juga cenderung melakukan serangan yang lebih intensif
pada musim kering dengan suhu yang tinggi. Secara umum, hama-hama penyebab
kerusakan daun yang mengakibatkan keriting lebih sensitif terhadap curah hujan
yang tinggi dan kelembapan yang tinggi (di atas 70-80%).
Pengendalian Tungau
Apabila terdapat gejala serangan tungau, segera
lakukan tindakan penyemprotan menggunakan akarisida, yaitu jenis pestisida
khusus yang digunakan untuk membunuh hama dari kelompok kutu-kutuan. Beberapa
pilihan insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan dan memberantas
tungau adalah Tokuthion 500 EC, Trithion 4 EC, atau Omite 57 EC. Penggunaan
insektisida ini dilakukan melalui penyemprotan. Disarankan untuk mengikuti
takaran yang disarankan sesuai petunjuk yang tertera pada label kemasan.
4. Hama Lain pada Tanaman Cabai
Ulat
Salah satu spesies ulat yang menyerang tanaman cabai
antara lain adalah ulat peridroma saucia,
atau lebih dikenal sebagai cutworms, sering menyerang tanaman saat musim
kemarau. Ulat ini merusak tunas, daun, dan buah pada tanaman. Untuk
mengendalikannya, bisa mencoba menggunakan insektisida Diazinon 40 EC. Selanjutnya
ada ulat Heliothis sp. juga sering memangsa buah cabai. Ulat dewasa dapat
dikendalikan dengan menggunakan insektisida seperti Baythroid 50 WSC atau
Cymbush 5 EC. Terdapat pula ulat lain yang menyerang tanaman cabai seperti
Protoparce quinquemaculata, yang dikenal sebagai hornworm, atau Spodoptera sp.
Ulat-ulat tersebut dapat diberantas dengan penggunaan insektisida Ripcord 5 EC.
Untuk jenis ulat lainnya, dapat digunakan insektisida Bayrusil 250 EC.
Kumbang
Salah satu jenis kumbang yang sering menyerang
tanaman cabai adalah Systena blanda, juga dikenal sebagai flea beetles. Kumbang
dewasanya tidak langsung menyerang tanaman, melainkan larvanya yang tinggal di
dalam tanah dan dapat merusak akar tanaman. Untuk mengendalikan serangan
kumbang ini, dapat dicoba menggunakan insektisida yang sesuai. Mengingat telur
kumbang ini biasanya diletakkan di dalam tanah sebelum menetas menjadi larva,
langkah pengendalian sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan sering
melakukan penggemburan tanah di sekitar tanaman. Metode ini cukup efektif
karena menghalangi telur untuk menetas.
Lalat Buah
Lalat buah (Dacus
sp) tidak hanya menyerang buah yang sudah tua, tetapi juga dapat menyerang buah
yang masih muda. Serangan lalat buah umumnya ditandai dengan perubahan warna
menjadi kehitaman pada buah yang terkena. Bagian yang diserang kemudian akan
mengeras. Mengendalikan lalat buah cukup sulit. Namun, untuk mencegah serangan
lalat buah, dapat dicoba menggunakan insektisida seperti Hostathion 75 EC atau
Bayrusil 250 EC.