Pupuk adalah zat yang ditambahkan ke dalam tanah
atau bagian atas tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan nutrisi.
Awalnya, bahan-bahan organik seperti kotoran hewan, sisa-sisa tanaman, dan
arang kayu digunakan sebagai pupuk. Namun, penggunaan pupuk kimia mulai populer
setelah penemuan deposit garam kalsium di Jerman pada tahun 1839.
Dalam memilih pupuk, penting untuk mengetahui jumlah
dan jenis nutrisi yang terkandung di dalamnya serta manfaat dari setiap nutrisi
tersebut. Setiap kemasan pupuk biasanya memiliki label yang menunjukkan jenis
dan kandungan nutrisinya. Terkadang, petunjuk penggunaan juga disertakan pada
kemasan sehingga penting untuk membacanya sebelum membeli pupuk. Selain memilih
jenis pupuk yang tepat, pengguna juga harus memahami cara aplikasinya yang
benar agar pemberian pupuk lebih efisien. Kesalahan dalam mengaplikasikan pupuk
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan tanaman tidak dapat
mengambil manfaat dari nutrisi yang terkandung dalam pupuk.
Jenis-Jenis Pupuk
Pupuk dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik terbuat dari sisa-sisa makhluk
hidup yang diurai oleh bakteri melalui proses pembusukan. Contohnya adalah
pupuk kompos yang berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ternak. Meskipun pupuk organik memiliki komposisi unsur
hara yang lengkap, jumlah setiap jenis unsur haranya cenderung rendah. Karena
mengandung bahan organik, pupuk ini biasanya memiliki kandungan organik yang tinggi.
Sementara itu, pupuk anorganik atau pupuk buatan
diproduksi oleh pabrik dengan meramu berbagai bahan kimia sehingga memiliki
kandungan nutrisi yang tinggi. Berdasarkan kandungan unsur haranya, Pupuk
anorganik digolongkan menjadi dua jenis, yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
Pupuk tunggal hanya mengandung satu jenis unsur hara, biasanya berupa unsur
hara makro primer seperti nitrogen pada urea.
Di sisi lain, pupuk majemuk mengandung lebih dari
satu jenis unsur hara, sehingga penggunaannya lebih praktis karena beberapa
nutrisi dapat diberikan dalam satu kali aplikasi. Namun, pupuk majemuk
cenderung memiliki harga yang lebih mahal. Sebagai contoh, diamonium fosfat
merupakan salah satu jenis pupuk majemuk yang mengandung unsur nitrogen dan
fosfor.
Berdasarkan cara aplikasinya, pupuk buatan terbagi
menjadi dua jenis, yaitu pupuk daun dan pupuk akar. Pupuk daun diberikan dengan
cara disemprotkan pada daun tanaman. Beberapa contoh pupuk daun antara lain
Gandasil B dan D, Grow More, serta Vitabloom. Sementara itu, pupuk akar diserap
oleh tanaman melalui akar dengan cara disebar di tanah. Contoh pupuk akar
termasuk urea, NPK, dan Dolomit.
Dilihat dari cara pelepasan unsur haranya, pupuk
akar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pupuk cepat lepas (fast release)
dan pupuk lepas terkendali (slow release). Pupuk cepat lepas, seperti urea, ZA,
dan KCL, memberikan unsur hara dengan cepat setelah ditebarkan ke tanah. Namun,
pupuk ini cenderung habis dengan cepat karena unsur haranya bisa diserap
tanaman, menguap, atau tercuci oleh air.
Baca juga : Metode pengaplikasian pupuk
Sementara itu, pupuk lepas terkendali atau slow
release akan melepaskan unsur haranya secara perlahan sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Keuntungan dari pupuk ini adalah manfaatnya bisa dirasakan dalam
jangka waktu lebih lama dibandingkan pupuk cepat lepas. Pupuk slow release
mencapai mekanisme ini karena unsur haranya dilindungi baik secara mekanis
maupun kimiawi. Perlindungan mekanis dilakukan dengan membungkus bahan pupuk
menggunakan selaput polimer atau bahan yang mirip dengan kapsul. Contohnya
adalah polimer coated urea dan sulfur coated urea. Sementara itu, perlindungan
kimiawi dilakukan dengan mencampur bahan pupuk dengan zat kimia, sehingga
pelepasan unsur haranya terkendali. Contohnya adalah Methylin urea, Urea
Formaldehide, dan Isobutilidern Diurea. Pupuk jenis ini memiliki harga yang
mahal sehingga umumnya digunakan pada tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi.
Unsur Hara Dalam Pupuk
1. Pupuk Sumber Nitrogen
Hampir seluruh tanaman dapat menyerap nitrogen dalam
bentuk nitrat atau amonium yang disediakan oleh pupuk. Nitrogen dalam bentuk
nitrat lebih cepat tersedia bagi tanaman. Amonium juga akan diubah menjadi
nitrat oleh mikroorganisme tanah, kecuali pada tembakau dan padi. Tembakau
tidak dapat mentoleransi jumlah amonium yang tinggi. Untuk menyediakan nitrogen
pada tembakau, gunakan pupuk berbentuk nitrat (NO3-) dengan
kandungan nitrogen minimal 50%. Pada padi sawah, lebih baik gunakan pupuk
berbentuk amonium (NH4+) karena pada tanah yang tergenang, nitrogen
mudah berubah menjadi gas N2. Umumnya pupuk dengan kadar N yang
tinggi dapat membakar daun tanaman sehingga pemakaiannya perlu lebih hati-hati.
a. Amonium Nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk
daerah dingin dan daerah panas. Pupuk ini dapat membakar tanaman jika diberikan
terlalu dekat dengan akara atau langsung kontak dengan daun. Ketersediaan bagi
tanaman sangat cepat sehingga frekuensi pemberiannya harus lebih sering.
Amonium nitrat bersifat higroskopis sehingga tidak dapat disimpan terlalu lama.
b. Amonium Sulfat (NH4)2 SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung
21% nitrogen (N) dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan kurang higroskopis.
Reaksi kerjanya agak lambat sehingga cocok untuk pupuk dasar. Sifat reksinya
asam, sehingga tidak disarankan untuk tanah ber-pH rendah. Selain itu, pupuk
ini sangat baik untuk sumber sulfur. Lebih disarankan dipakai didaerah panas.
c. Kalsium Nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat
cepat larut didalam air, dan sebagai sumber kalsium yang sangat baik karena
mengandung 19% kalsium Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan higroskopis.
d. Urea (CO(NH2)2)
Pupuk urea mengandung 46% nitrogen (N). Karena
kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini sangat higroskopis. Urea sangat
mudah larut dalam air dan bereaksi cepat, juga menguap dalam bentuk amonia.
2. Pupuk Sumber Fosfor
a. SP36
Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.
Pupuk ini terbuat dari fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna
abu-abu. Sifatnya agak sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga
selalu digunakan sebagai pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak
higroskopis dan bersifat membakar.
b. Amonium Phospat
Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis 11.52.0.
Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0. Pupuk ini
umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman (styarter fertillizer). Bentuknya berupa
butiran berwarna cokelat kekuningan. Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut
di dalam air. Sifat lainnya adalah tidak higroskopis sehingga tahan disimpan
lebih lama dan tidak bersifat membakar karena indeks garamnya rendah.
3. Pupuk Sumber
Kalium
a. Kalium
Chlorida (KCl)
Mengandung 45% K2O dan khlor, bereaksi
agak asam, dan bersifat higroskopis. Khlor berpengaruh negatif terhadap tanaman
yang membutuhkannya, misalnya kentang, wortel dan tembakau.
b. Kalium Sulfat (K2SO4)
Pupuk ini lebih dikenal dengan nama ZK. Kadar K2O-nya
sekitar 48-52%. Bentuknya berupa tepung putih yang larut didalam air, sifatnya
agak mengasamkan tanah. Dapat digunakan untuk pupuk dasar sesudah tanam.
Tanaman yang peka terhadap keracunan unsur Cl, seperti tembakau disarankan
untuk menggunakan pupuk ini.
c. Kalium Nitrat (KNO3)
Pupuk Kalium Nitrat (KNO3) adalah salah
satu jenis pupuk anorganik yang mengandung unsur kalium (K) dan nitrogen (N)
dalam bentuk nitrat. Pupuk ini memiliki bentuk butiran berwarna putih yang
tidak bersifat higroskopis dengan reaksi yang netral. Pupuk ini dikenal juga
dengan sebutan "saltpeter" atau "natrium nitrat" dan
biasanya digunakan untuk memberikan nutrisi penting bagi tanaman.
Komposisi kandungan hara dari pupuk Kalium Nitrat
adalah 13-0-44, yang berarti mengandung 13% kalium (K) dan 44% nitrogen (N).
Kandungan kaliumnya berperan dalam meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
penyakit, mengatur tekanan osmosis dalam sel tanaman, dan meningkatkan proses
fotosintesis. Sementara itu, kandungan nitrogen sebagai sumber nutrisi utama
tanaman membantu dalam pertumbuhan daun dan batang, serta berperan penting
dalam pembentukan protein dan enzim. Nitrogen juga meningkatkan pertumbuhan
akar dan menghasilkan tanaman dengan daun hijau yang subur.
4. Pupuk Sumber
Unsur Hara Sekunder
a. Kapur Dolomit
Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal
sebagai bahan untuk menaikkan pH tanah. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg
(19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat
ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik
kualitasnya.
b. Kapur Kalsit
Berfungsi untuk meningkatkan pH tanah. Dikenal
sebagai kapur pertanian yang berbentuk bubuk. Warnanya putih dan butirannya
halus. Pupuk ini mengandung 90-99% Ca. Bersifat lebih cepat larut dalam air.
c. Paten Kali (Kalium Magnesium Sulfat)
Berbentuk butiran berwarna kuning. Mengandung 30%
K2O, 12% S, dan 12% MgO. Sifatnya agak sukar larut dalam air. Selain untuk
memperbaiki defisiensi Mg, pupuk ini juga bermanfaat untuk memperbaiki
kejenuhan basa pada tanah asam.
d. Kapur Gypsum
Berbentuk bubuk dan berwarna putih. Mengandung 39%
Ca, 53% S dan sedikit Mg. Ditebarkan dalam sekali aplikasi. Jika terkena air,
gypsum yang ditebarkan akan menggumpal dan mengeras seperti tanah liat (cake).
Gypsum digunakan untuk menetralisir tanah yang terganggu karena kadar garam
yang tinggi, misalnya pada tanah di daerah pantai. Aplikasi gypsum tidak banyak
berpengaruh pada perubahan pH tanah.
e. Bubuk Belerang (Elemental Sulfur)
Umumnya, sulfur disuplai dalam bentuk sulfat yang
terdapat pada berbagai jenis pupuk. Kandungan sulfat tersebut tidak berpengaruh
dalam penurunan pH tanah. Selain terdapat dalam berbagai jenis pupuk, bubuk
belerang adalah sumber sulfur yang terbesar, kandungannya dapat mencapai 909%.
Namun, bubuk ini tidak lazim digunakan untuk mengatasi masalah defisiensi sulfur,
tetapi tidak lebih banyak digunakan untuk menurunkan pH tanah. Penggunaannya
tidak boleh melebihi 25 gram/m2, karena bubuk sulfur dapat mengakibatkan gejala
terbakarnya daun tanaman (burning effect).
5. Pupuk Sumber Unsur Hara Mikro
Saat ini kebutuhan pupuk mikro sudah mulai terasa di
Indonesia. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa tanaman padi sawah dan
teh di beberapa daerah di Jawa sudah memulai membutuhkan tambahan Zn dari
pupuk.
Pupuk sebagai unsur hara mikro tersedia dalam dua
bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk organik sintesis. Kedua bentuk
ini mudah larut dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam organik
adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai
sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan
sebagai pupuk daun. Sumber Mo umumnya menggunakan sodium atau amonium molibdat.
Bentuk organik sintesis ditandai dengan adanya agen
pengikat unsur logam yang disebut chelat. Chelat adalah bahan kimia organik
yang dapat mengikat ion logam seperti yang dilakukan oleh koloid tanah. Unsur
hara mikro yang tersedia dalam bentuk chelat adalah Fe, Mn, Cu, dan Zn.
Selain disediakan oleh kedua jenis pupuk diatas,
unsur hara mikro juga disediakan oleh pupuk majemuk yang beredar di pasaran. Pupuk
slow release dan pupuk daun biasanya dilengkapi dengan satu atau lebih unsur
mikro.
a. Pupuk Majemuk
Pemakaian pupuk majemuk saat ini sudah sangat luas.
Berbagai merk, kualitas dan analisis telah tersedia di pasaran. Walaupun
harganya relatif lebih mahal, pupuk majemuk tetap dipilih karena kandungan
haranya lebih lengkap. Pupuk majemuk berkualitas prima memiliki besaran butiran
yang seragam dan tidak terlalu higroskopis, sehingga tahan disimpan dan tidak
cepat menggumpal. Hampir semua pupuk majemuk bereaksi asam, kecuali yang telah
mendapatkan perlakuan khusus, seperti penambahan Ca dan Mg.
Variasi analisis pupuk mejemuk sangat banyak.
Meskipun demikian, perbedaan variasinya bisa jadi sangat kecil, misalnya antara
NPK 15.15.15 dan NPK 16.16.16. Variasi analisis pupuk, seperti 15.15.15,
16.16.16, dan 20.20.20 menunjukkan ketersediaaan unsur hara yang seimbang.
Fungsi pupuk majemuk dengan variasi analisis seperti ini antara lain untuk
mempercepat perkembangan bibit; sebagai pupuk pada awal peneneman; dan sebagai
puk susulan saat tanaman memasuki fase generatif, seperti saat mulai berbunga.
Dalam memilih pupuk majemuk perlu dipertimbangkan
beberapa faktor, antara lain kandungan unsur hara yang tinggi, kandungan unsur
hara mikro dan harga perkilogramnya.contoh cara mempertimbangkan pemilihan
pupuk majemuk, variasi analisis pupuk NPK 20.20.20 memiliki kandungan hara yang
lebih tinggi daripada NPK 15.15.15, tetapi sifatnya sangat higroskopis sehingga
mudah sekali menggumpal. Karena itu, variasi analisis pupuk ini sebaiknya tidak
dipilih karena bagian yang menggumpal tidak dapat digunakan.
b. Pupuk Daun
Daun memiliki mulut yang dukenal dengan nama
stomata. Sebagian besar stomata terletak di bagian bawah daun. Mulut daun ini
berfungsi untuk mengatur penguapan air dari tanaman sehingga air dari akar
dapat sampai daun. Saat suhu udara terlalu panas, stomata akan menutup sehingga
tanaman tidak akan mengalami kekeringan. Sebaliknya, jika udara tidak terlalu
panas, stomata akan membuka sehingga air yang ada di permukaan daun dapat masuk
dalam jaringan daun. Dengan sendirinya unsur hara yang disemprotkan ke
permukaan daun juga masuk ke dalam jaringan daun.
Sebenarnya, kandungan unsur hara pada pupuk daun
identik dengan kandungan unsur hara pada pupuk majemuk. Bahkan pupuk daun
sering lebih lengkap karena ditambah oleh beberapa unsur mikro. Pemilihan
analisis yang tepat pada pupuk daun perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang
sama dengan analisis pada pupuk majemuk. Hanya saja, faktor sifat fisik dan
kimia tanah tidak dijadikan sebagai faktor utama. Sebagai faktor utamanya
adalah manfaat tiap unsur hara yang dikandung oleh pupuk daun bagi perkembangan
tanaman dan peningkatan hasil panen.
Pupuk daun berbentuk serbuk dan cair. Kualitasnya
dianggap baik jika mudah larut di dalam air tanpa menyisakan endapan. Karena
mudah larut dalam air, sifat pupuk daun menjadi sangat higroskopis. Akibatnya
tidak dapat disimpan terlalu lama jika kemasannya telah dibuka.
Kentungan menggunakan pupuk daun antara lain respon
terhadap tanaman sangat cepat karena langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Selain
itu, tidak menimbulkan kerusakan sedikitpun pada tanaman, dengan catatan
aplikasinya dilakukan secara benar. Dalam pemakaian pupuk daun dikenal istilah
konsentrasi pupuk atau kepekatan larutan pupuk. Besarnya konsentrasi pupuk daun
dinyatakan dalam bobot pupuk daun yang harus dilarutkan kedalam satuan volume
air. Penentuan volume air dapat diketahui dengan membaca skala pada alat
semprot. Angka konsentrasi ini sering dicantumkan p[ada kemasan pupuk. Jika
konsentrasi pupuk yang digunakan melebihi konsentrasi yang disarankan, daun
akan terbakar.
Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi
atau pada sore hari karena bertepatan pada saat membukanya stomata.
Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat
stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyemprotan pupuk daun. Dua
jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi
efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprotkan pupuk daun pada
saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke
daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar. Contoh pupuk daun yang
beredar di pasaran yaitu Gandasil Daun 14.12.14 dilengkapi dengan Mn, Mg, B, Cu
dan Zn.
c. Pupuk Organik
Kandungan unsur hara yang terdapat di dalam pupuk
organik jauh lebih kecil daripada yang sempat di dalam pupuk buatan. Cara
aplikasinya juga lebih sulit karena pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah yang
lebih besar daripada pupuk kimia dan tenaga kerja yang diperlukan juga lebih
banyak. Namun, hingga sekarang pupuk organik tetap digunakan karena fungsinya
belum tergantikan oleh pupuk buatan. Berikut ini beberapa manfaat dari pupuk
organik.
Mampu menyediakan unsur hara makro dan mikro
meskipun dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Memperbaiki granulasi tanah
berpasir dan tanah padat sehingga dapat meningkatkan kualitas aerasi,
memperbaiki drainase tanah, dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan
air. Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar
kation tanah. Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas
mikroorganisme tanah. Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu
meningkatkan pH tanah. Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah
dan air.