Rumah Tani - Di setiap pergantian musim hujan, sebuah tantangan yang kompleks
dan seringkali menguji kesabaran serta kebijaksanaan menghadang para petani
padi. Cuaca yang tak jarang tidak menentu, dan kadang-kadang membawa curah
hujan berlebihan, menjadikan proses pertanian penuh dengan ketidakpastian.
Dalam menghadapi fenomena ini, salah satu hal yang menjadi pertimbangan krusial
bagi para petani adalah pemilihan varietas padi yang mampu mengatasi kendala
utama yang dihadirkan oleh genangan air. Genangan air dapat berdampak serius
pada pertumbuhan tanaman, bahkan mengancam kelangsungan hidupnya. Oleh karena
itu, tuntutan akan varietas padi yang tahan terhadap kondisi genangan menjadi
semakin penting dan strategis.
Menemukan varietas padi yang mampu bertahan dan tumbuh dengan baik
dalam lingkungan genangan air tidaklah mudah. Tidak semua varietas padi
memiliki adaptasi yang memadai untuk menghadapi tantangan ini. Para petani
perlu memastikan bahwa varietas yang mereka pilih memiliki sifat-sifat tertentu
yang mendukung kelangsungan hidup dan produktivitas tanaman, bahkan ketika
terendam air dalam waktu yang cukup lama. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan adalah kemampuan tanaman untuk menyimpan cadangan energi saat
terendam air dan kemudian menggunakan energi tersebut untuk tumbuh kembali saat
genangan surut. Varietas padi yang dapat melakukan ini memiliki keunggulan
dalam menahan dampak negatif genangan air.
Kini, semakin banyak upaya penelitian dan pengembangan yang
ditujukan untuk menghasilkan varietas padi yang lebih tahan terhadap genangan
air. Ini melibatkan kerja keras para ilmuwan dan ahli pertanian dalam
mengidentifikasi karakteristik genetik yang mempengaruhi ketahanan terhadap
kondisi ini. Selain itu, upaya pengujian varietas-varietas baru dalam skenario
genangan air yang terkontrol menjadi bagian integral dari proses seleksi untuk
memastikan keunggulan dan keberhasilan varietas tersebut dalam mengatasi
tantangan musim hujan.
Baca Juga : Sensus Pertanian 2023 Resmi Dimulai Sejak 1 Juni Lalu
Dalam menghadapi cuaca musim hujan yang kompleks dan seringkali
ekstrem, para petani padi haruslah menjadi pemilih yang cerdas dan bijak dalam
memilih varietas yang akan mereka tanam. Varietas padi yang mampu bertahan
terhadap genangan air akan menjadi mitra yang tak ternilai dalam menghadapi
perubahan iklim dan cuaca yang semakin tidak dapat diprediksi. Dengan pemilihan
yang tepat, harapan panen yang melimpah tetap dapat diraih, bahkan dalam tengah
cobaan cuaca yang tidak menentu. Salah satu varietas padi yang tahan terhadap
kekeringan dan sangat ditanam saat musim penghujan adalah padi Varietas Inpari
30 Ciherang Sub 1.
Inpari 30 Ciherang Sub 1 merupakan varietas padi terbaru yang
unggul. Varian Inpari 30 Ciherang Sub 1 memiliki atribut unggul dalam
menghadapi situasi genangan air. Keunggulan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi positif terhadap produksi padi yang tetap tinggi, terutama dalam
menghadapi tantangan perubahan iklim yang ekstrem. Varietas ini secara khas
memiliki kemampuan untuk menyimpan energi selama masa genangan, yang kemudian
memungkinkannya untuk tumbuh kembali dengan vitalitas yang tetap terjaga
setelah air surut. Hal ini menandai perbedaan signifikan dengan varian-varian
padi konvensional.
Inpari 30 Ciherang Sub 1 diperkenalkan oleh Badan Litbang Pertanian
pada tahun 2012 sebagai hasil dari upaya persilangan antara varietas Ciherang,
IR64 Sub1, dan Ciherang. Varian padi ini tergolong dalam kelompok cere dan
menjanjikan sejumlah inovasi penting dalam pengembangan varietas padi.
Tujuannya adalah untuk menggantikan varietas ciherang yang telah lama menjadi
andalan, dengan harapan memberikan penyegaran dalam produksi padi. Dalam hal
penampilan, tanaman ini memiliki postur yang tegak dengan tinggi rata-rata
mencapai 101 cm. Daun benderanya tumbuh tegak, dan gabahnya memiliki bentuk
yang ramping dengan warna kuning yang menarik perhatian. Kadar amilosa sekitar
22,40%, menghasilkan tekstur nasi yang pulen, yang merupakan preferensi umum di
kalangan masyarakat.
Inpari 30 Ciherang Sub 1 mampu menghadapi berbagai kondisi tanah
dan lingkungan. Varietas ini optimal untuk ditanam pada sawah dataran rendah
hingga ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, termasuk di wilayah yang
berpotensi mengalami genangan akibat luapan sungai atau rawan banjir.
Ketahanannya terhadap rendaman air selama fase vegetatif dapat mencapai 15
hari, memberikan keleluasaan dalam pengelolaan pertanaman. Waktu yang
dibutuhkan hingga panen adalah 111 hari setelah periode penyemaian, dengan
rata-rata hasil panen mencapai 7,2 ton per hektar dan potensi hasil yang dapat
mencapai 9,6 ton per hektar. Tak hanya memiliki performa unggul, tetapi tekstur
nasi yang dihasilkan juga memenuhi selera masyarakat secara umum.
Pentingnya aspek ketahanan terhadap hama dan penyakit juga telah
diperhitungkan dalam pengembangan Inpari 30 Ciherang Sub 1. Kendati demikian,
varietas ini masih menunjukkan tingkat kerentanan tertentu terhadap beberapa
masalah seperti serangan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, serta potensi
terkena hawar daun dari bakteri patotipe III. Meskipun begitu, varietas ini
tetap memberikan alternatif yang menjanjikan untuk produksi padi yang lebih
tahan terhadap genangan dan dengan kualitas nasi yang diinginkan oleh
masyarakat.