Selamat datang kembali, sahabat-sahabat tani! Kali ini, dalam
artikel kami yang penuh informasi seputar pertanian, kita akan membahas topik
menarik tentang pupuk organik. Setelah sebelumnya kita telah menggali berbagai
pengetahuan mengenai pupuk dan cara penggunaannya, saatnya kita memperluas
wawasan kita dengan mempelajari segala hal yang perlu kita ketahui mengenai
pupuk organik. Tertarik untuk mengetahui lebih lanjut? Jangan lewatkan artikel
menarik ini!
Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah istilah yang mencakup segala jenis bahan
organik yang berasal dari tanaman dan hewan, yang dapat diubah menjadi nutrisi
yang tersedia bagi tanaman. Menurut Peraturan Menteri Pertanian No.
2/Pert/Hk.060/2/2006 tentang pupuk organik dan perbaikan tanah, pupuk organik
adalah jenis pupuk yang terutama atau sepenuhnya terdiri dari bahan organik
yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa.
Pupuk organik bisa berbentuk padat atau cair, dan digunakan untuk menyediakan
bahan organik guna meningkatkan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi
ini menegaskan bahwa pupuk organik lebih fokus pada kandungan bahan organik
atau C-organik daripada kandungan nutrisi; inilah yang membedakan pupuk organik
dari pupuk anorganik. Jika kadar C-organik rendah dan tidak memenuhi kriteria
pupuk organik, maka akan digolongkan sebagai pembenah tanah (soil ameliorant).
Pembenah tanah, seperti yang ditetapkan oleh Surat Keputusan Menteri Pertanian,
dapat berupa bahan sintetis atau alami, baik organik maupun mineral.
Sumber Pupuk Organik
Bahan organik berasal dari berbagai sumber, seperti kompos, pupuk
hijau, pupuk kandang, serta sisa panen seperti jerami, brangkasan, tongkol
jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa. Limbah ternak, limbah industri yang
menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota juga menjadi sumber bahan organik.
Kompos adalah hasil dari pembusukan limbah tanaman dan hewan yang diuraikan
oleh fungi, aktinomiset, dan cacing tanah. Pupuk hijau terdiri dari seluruh
bagian tanaman hijau atau hanya bagian tertentu, seperti sisa batang dan
tunggul akar setelah bagian atas tanaman digunakan sebagai pakan ternak.
Contohnya adalah sisa tanaman, kacang-kacangan, dan Azolla, yaitu tanaman paku
air. Pupuk kandang, sebagaimana namanya, berasal dari kotoran ternak. Limbah
ternak terdiri dari sisa-sisa rumah potong seperti tulang dan darah. Sementara
itu, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian meliputi limbah dari
pabrik gula, pengolahan kelapa sawit, penggilingan padi, limbah bumbu masak,
dan sejenisnya. Limbah kota juga dapat dijadikan kompos setelah dipisahkan dari
bahan non-organik seperti plastik, kertas, botol, dan lainnya.
Baca Juga : Pupuk Kompos
Related Posts
Istilah "pupuk hayati" merujuk pada kelompok mikroba
tanah yang berperan dalam menyediakan nutrisi bagi tanaman di dalam tanah.
Penggunaan istilah ini relatif baru jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk
hayati jenis pertama di dunia, yaitu inokulan Rhizobium, yang sudah digunakan
lebih dari 100 tahun yang lalu. Dalam konteks ini, pupuk hayati dapat diartikan
sebagai inokulan yang mengandung organisme hidup aktif yang berfungsi untuk mengikat
atau memfasilitasi ketersediaan nutrisi tertentu dalam tanah untuk tanaman.
Fasilitasi ketersediaan nutrisi dapat terjadi melalui peningkatan akses tanaman
terhadap nutrisi, seperti yang dilakukan oleh cendawan mikoriza arbuskuler,
pelarutan nutrisi oleh mikroba pelarut fosfat, atau penguraian nutrisi oleh
fungi, aktinomiset, atau cacing tanah. Penyediaan nutrisi ini dapat terjadi
melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Hubungan simbiotis terjadi antara
kelompok tanaman tertentu atau sebagian besar tanaman dengan mikroba tertentu,
seperti bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza. Di sisi lain, hubungan
nonsimbiotis melibatkan penyerapan nutrisi hasil pelarutan oleh mikroba pelarut
fosfat atau hasil penguraian bahan organik oleh kelompok organisme perombak.
Kelompok organisme yang bertanggung jawab dalam merombak bahan
organik tidak hanya melibatkan mikrofauna, melainkan juga makrofauna seperti
cacing tanah. Dalam pembuatan vermikompos, cacing tanah digunakan untuk
mengurai berbagai jenis limbah, seperti limbah pertanian, limbah dapur, limbah
pasar, limbah ternak, dan limbah industri berbasis pertanian. Kelompok
organisme perombak ini masuk dalam kategori bioaktivator perombak bahan
organik. Ada juga kelompok bakteri penyedia nutrisi yang hidup di sekitar akar
tanaman (rhizosfir akar), disebut sebagai rhizobakteri pemacu pertumbuhan
tanaman (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria=PGPR). Kelompok ini
memiliki peran ganda, yakni selain menambat nitrogen (N2), juga menghasilkan
hormon pertumbuhan seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lainnya.
Selain itu, kelompok ini juga memiliki peran dalam menekan penyakit tanaman
yang berasal dari tanah dengan memproduksi senyawa seperti siderofor,
glukanase, kitinase, dan sianida. Mereka juga mampu melarutkan fosfat (P) dan
nutrisi lainnya (Cattelan et al., 1999; Glick et al., 1995;
Kloepper, 1993; Kloepper et al., 1991). Selain kelompok tersebut, juga
terdapat kelompok mikroba lain seperti cendawan mikoriza, yang memiliki peran
ganda dalam meningkatkan penyerapan nutrisi, ketahanan terhadap penyakit,
toleransi terhadap kekeringan, dan memperkuat struktur tanah.
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah apakah suatu mikroba dengan
peran ganda (multifungsi) dapat memberikan manfaat secara bersamaan jika
digunakan sebagai inokulan, sehingga tanaman yang diinokulasi dapat mengambil
manfaat dari fungsi-fungsi tersebut. Sebagian besar kesimpulan ini berasal dari
penelitian yang berbeda-beda, misalnya pengaruh terhadap serapan nutrisi dalam
satu eksperimen, dan pengaruh terhadap toleransi terhadap kekeringan dalam
eksperimen lain. Ada kemungkinan bahwa fungsi-fungsi ini hanya dimiliki oleh
spesies tertentu dalam kelompok fungsional tertentu, atau mungkin hanya oleh
strain atau varietas tertentu dalam suatu spesies, atau tergantung pada kondisi
lingkungan tempat tanaman tumbuh. Subha Rao (1982) berpendapat bahwa istilah
yang lebih tepat untuk penggunaan ini adalah "inokulan mikroba"
daripada "pupuk hayati". Dia sendiri mendefinisikan "pupuk hayati"
sebagai preparasi yang mengandung sel-sel dari strain-strain mikroba penambat
nitrogen, pelarut fosfat, atau selulolitik yang digunakan pada biji, tanah,
atau tempat pengomposan dengan tujuan meningkatkan jumlah mikroba tersebut dan
mempercepat proses mikrobial tertentu untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi
yang dapat diambil oleh tanaman.
Pada tahun 2006, FNCA Biofertilizer Project Group mengusulkan
definisi pupuk hayati sebagai substansi yang mengandung mikroorganisme hidup
yang menghuni rizosfir atau bagian dalam tanaman, serta merangsang pertumbuhan
dengan meningkatkan ketersediaan hara utama dan/atau merangsang pertumbuhan
tanaman target. Pemanfaatan pupuk hayati ini bisa dilakukan melalui aplikasi
pada benih, permukaan tanaman, atau tanah.
Mikroorganisme dalam pupuk mikroba yang digunakan sebagai inokulan
dapat terdiri dari satu strain tunggal (monostrain) atau lebih dari satu
strain (multistrain). Strain-strain yang ada dalam inokulan multistrain
bisa berasal dari satu kelompok yang saling berinteraksi (cross-inoculation)
atau lebih. Pada awalnya, hanya dikenal inokulan yang berisi satu kelompok
fungsional mikroba (pupuk hayati tunggal). Namun, dengan perkembangan teknologi
inokulasi, kini mungkin untuk menghasilkan inokulan yang berisi lebih dari satu
kelompok fungsional mikroba. Inokulan komersial saat ini seringkali mengandung lebih
dari satu spesies mikroba atau lebih dari satu kelompok fungsional. Oleh karena
itu, Simanungkalit dan Saraswati (1993) memperkenalkan istilah "pupuk
hayati majemuk" untuk pertama kalinya, merujuk pada pupuk hayati yang
mengandung lebih dari satu kelompok fungsional mikroba.
Demikianlah, sahabat-sahabat tani, paparan lengkap kita tentang pupuk organik. Semoga informasi yang telah kita bahas dalam artikel ini dapat menambah pemahaman kita tentang pentingnya pupuk organik dalam dunia pertanian. Dengan memanfaatkan pupuk organik secara efektif, kita dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan yang sehat, tanaman yang subur, dan hasil panen yang berkualitas. Mari terus belajar dan berinovasi untuk mengoptimalkan pertanian kita dengan pendekatan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Jangan ragu untuk terus mengikuti informasi terbaru di artikel-artikel selanjutnya. Terima kasih telah menyempatkan waktu untuk membaca artikel ini. Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya, sahabat rumah tani!