Rumah Tani - Ekosistem mangrove tidak hanya menjadi tempat berlindung dan mencari makan bagi berbagai jenis satwa liar, tetapi juga berperan penting sebagai tempat berkembang biak dan daerah asuhan. Di Indonesia, ekosistem ini menjadi rumah bagi berbagai primata, reptilia, dan burung air yang bergantung padanya. Selain itu, perairan mangrove juga menjadi habitat ideal bagi berbagai jenis ikan dan udang. Mereka memanfaatkan ekosistem ini sebagai tempat mencari makan dan tempat pembesaran anak-anaknya.
Hewan Moluska Penghuni Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah ekosistem yang kaya akan kehidupan, bukan hanya bagi satwa vertebrata, tetapi juga bagi beragam jenis moluska. Di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Seram, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Halmahera, para peneliti telah mencatat keberadaan berbagai jenis moluska yang mendiami hutan mangrove.
1. Keberagaman Moluska di Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah salah satu ekosistem pesisir yang sangat penting di Indonesia, dan menjadi rumah bagi beragam jenis moluska. Dalam penelitian yang dilakukan di Seram, Maluku, ditemukan sebanyak 91 jenis moluska yang berbeda. Menariknya, 33 jenis di antaranya juga ditemukan biasanya hidup di karang, namun mereka sering mengunjungi hutan mangrove sebagai bagian dari kehidupan mereka. Ini menunjukkan keterkaitan erat antara ekosistem karang dan hutan mangrove.
2. Peran Moluska dalam Ekosistem Mangrove
Moluska memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem mangrove. Beberapa dari mereka hidup di dalam tanah, membantu dalam proses dekomposisi bahan organik, yang kemudian menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan mangrove. Moluska yang lain hidup di permukaan, membantu dalam menjaga populasi alga yang dapat menjadi kompetitor bagi tumbuhan mangrove. Terdapat juga jenis moluska yang menempel pada tumbuhan mangrove, berperan sebagai agen penyerbukan dan penyebar benih.
3. Keberagaman Jenis dan Distribusi Geografis
Jumlah jenis moluska di hutan mangrove dapat bervariasi di berbagai wilayah. Selain Seram yang mencatat 91 jenis, Sulawesi Selatan juga memiliki kekayaan moluska yang signifikan dengan 74 jenis. Di Halmahera, terdapat 40 jenis moluska yang telah ditemukan. Meskipun angka-angka ini berbeda, ada satu kesamaan: sebagian besar dari mereka hidup di daerah mangrove. Hal ini menunjukkan pentingnya hutan mangrove sebagai habitat penting bagi kehidupan beragam jenis moluska.
Kepiting Mangrove : Penjaga Ekosistem yang Berharga
Hutan mangrove, yang tersebar di sepanjang pantai Indonesia, bukan hanya menjadi rumah bagi beragam tumbuhan dan hewan, tetapi juga menampung salah satu komponen penting dalam ekosistem ini, yaitu kepiting.
1. Peran Kepiting dalam Ekosistem Mangrove
Kepiting adalah salah satu hewan yang menjadi penjaga utama ekosistem mangrove. Di setiap meter persegi ekosistem mangrove, dapat ditemukan populasi kepiting yang luar biasa. Sebuah penelitian mencatat bahwa di area ini, terdapat antara 10 hingga 70 ekor kepiting per meter persegi. Kepiting memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem ini dengan mengendalikan populasi hewan lain, seperti moluska, serta menciptakan liang-lubang yang berfungsi sebagai tempat bertelur bagi ikan-ikan kecil.
Baca Juga : Sebaran Jenis-Jenis Mangrove Di Indonesia
2. Jenis-Jenis Kepiting Mangrove yang Dominan
Ada beberapa jenis kepiting mangrove yang mendominasi ekosistem ini. Beberapa di antaranya adalah Cleistocoeloma, Macrophthalmus, Metaplax, Ilyoplax, Sesarma, dan Uca. Kepiting Mangrove Scylla serrata juga merupakan salah satu jenis yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Di Malaysia, lebih dari 100 jenis kepiting mangrove telah tercatat, sementara di Singapura, ada 76 jenis yang dikenal. Namun, di Indonesia, pengetahuan tentang kepiting mangrove masih sangat terbatas, meskipun di Sulawesi Selatan, Giesen dan rekan-rekannya (1991) mencatat ada 28 jenis kepiting di ekosistem mangrove yang didominasi oleh genus Sesarma dan Uca.
3. Nilai Ekonomi Kepiting Mangrove
Kepiting Mangrove Scylla serrata, yang hidup di ekosistem mangrove, memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kepiting ini menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat melalui usaha perikanan. Daging kepiting ini memiliki rasa yang lezat dan sering menjadi hidangan favorit di restoran-restoran mewah. Oleh karena itu, pelestarian kepiting mangrove juga memiliki implikasi ekonomi yang signifikan.
Sayangnya, pengetahuan tentang kepiting mangrove di Indonesia masih sangat terbatas. Hal ini merupakan tantangan besar dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati di ekosistem mangrove. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami jenis-jenis kepiting yang ada, populasi mereka, serta peran mereka dalam menjaga ekosistem. Selain itu, tindakan pelestarian seperti pembentukan kawasan konservasi dan pengawasan terhadap praktik-praktik yang merusak hutan mangrove menjadi sangat penting.
Kepiting mangrove merupakan salah satu komponen penting dalam ekosistem mangrove Indonesia. Mereka tidak hanya berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Untuk melindungi keanekaragaman hayati yang menghuni ekosistem mangrove, diperlukan lebih banyak penelitian dan upaya pelestarian yang serius. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa hutan mangrove dan kepiting mangrove akan tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kekayaan alam Indonesia.
Mangrove: Rumah bagi Keanekaragaman Krustasea yang Vital
Hutan mangrove, selain menjadi lingkungan penting bagi berbagai jenis tumbuhan dan hewan, juga memainkan peran kunci dalam mendukung kehidupan krustasea, termasuk udang-udangan. Ekosistem mangrove merupakan rumah bagi berbagai jenis krustasea, khususnya udang-udangan yang memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Keanekaragaman krustasea ini memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung mata pencaharian masyarakat setempat.
1. Keanekaragaman Udang di Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove memiliki daya tarik yang besar bagi berbagai jenis krustasea, terutama udang-udangan. Penelitian oleh Sasekumar dan timnya pada tahun 1992 di ekosistem mangrove Selangor, Malaysia, mencatat adanya 9 jenis udang yang berbeda. Sebagian besar dari jenis-jenis ini adalah udang muda, menunjukkan bahwa ekosistem mangrove juga menjadi tempat penting dalam siklus hidup udang ini.
Baca Juga
Di Sulawesi Selatan, Giesen dan rekan-rekan pada tahun 1991 mencatat keberadaan 14 jenis udang dalam ekosistem mangrove. Beberapa jenis udang yang mencolok di antaranya adalah Macrobrachium (8 jenis), Metapeneus (2 jenis), dan Palaemonetes (2 jenis). Data ini menunjukkan kekayaan keanekaragaman udang di daerah ini dan peran penting ekosistem mangrove sebagai tempat hidup bagi mereka.
Pulau Pari, Teluk Jakarta, juga tercatat memiliki keanekaragaman krustasea yang signifikan. Toro, sebagaimana dilaporkan oleh Manuputty pada tahun 1984, mencatat adanya 28 jenis krustasea, termasuk 8 jenis udang. Dari semua jenis ini, Thalassina anomala dan Uca dussumieri adalah yang paling umum ditemukan. Ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di Pulau Pari memiliki peran yang penting dalam mendukung kehidupan beragam krustasea.
2. Nilai Komersial Udang-udangan
Udang-udangan yang hidup di ekosistem mangrove memiliki nilai komersial yang signifikan. Daging udang sering menjadi bahan utama dalam berbagai hidangan makanan, dan industri perikanan udang merupakan salah satu sektor penting dalam perekonomian berbagai negara di Asia Tenggara. Oleh karena itu, pelestarian ekosistem mangrove dan keberlanjutan eksploitasi udang menjadi sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan mendukung mata pencaharian masyarakat setempat.
Peran Penting Ekosistem Mangrove dalam Siklus Hidup Ikan
Ekosistem mangrove, dengan segala keunikan dan keberagaman hayatinya, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga siklus hidup ikan. Mulai dari pemijahan yang aman hingga sumber makanan yang melimpah, serta tempat pembesaran bagi ikan muda, mangrove adalah lingkungan yang vital bagi ikan dan keanekaragaman jenisnya.
1. Pemijahan yang Aman
Salah satu peran utama mangrove adalah sebagai tempat pemijahan ikan. Penelitian oleh Aksornkoae pada tahun 1993 menunjukkan bahwa ikan memanfaatkan ekosistem ini sebagai tempat untuk bertelur dan memijahkan keturunan mereka. Mangrove menyediakan lingkungan yang aman untuk pemijahan karena memberikan tempat naungan yang ideal dan mengurangi tekanan dari predator, terutama ikan predator. Ini memungkinkan ikan untuk melepaskan telur mereka dengan lebih aman, sehingga meningkatkan kesempatan kelangsungan hidup keturunan.
2. Makanan yang Melimpah
Selain memberikan tempat yang ideal untuk pemijahan, hutan mangrove juga menyediakan sumber makanan yang melimpah bagi ikan. Material organik yang terbentuk dari jatuhan daun mangrove dan berbagai jenis hewan invertebrata, seperti kepiting dan serangga, menjadi bagian dari diet ikan. Ini adalah sumber makanan yang penting dan kaya nutrisi yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan ikan.
3. Tempat Pembesaran Anak-anak Ikan
Ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai tempat pembesaran bagi anak-anak ikan. Penelitian yang dilakukan oleh Sasekumar dan timnya pada tahun 1992 di daerah mangrove Selangor, Malaysia, mencatat adanya 119 jenis ikan, sebagian besar berupa ikan muda, di sungai-sungai kecil di daerah tersebut. Situasi serupa juga ditemukan di Segara Anakan, di mana lebih dari 60% ikan yang tertangkap adalah ikan muda, menunjukkan bahwa ekosistem mangrove adalah tempat yang penting bagi tahap awal kehidupan ikan.
4. Keanekaragaman Jenis Ikan
Ekosistem mangrove juga menjadi rumah bagi berbagai jenis ikan yang berperan penting dalam rantai makanan. Di Indonesia, Burhanuddin mencatat pada tahun 1993 bahwa ada 62 jenis ikan yang hidup di ekosistem mangrove di Pulau Panaitan, Taman Nasional Ujung Kulon. Jenis-jenis ikan ini memiliki peran beragam dalam ekosistem mangrove. Misalnya, Mugil cephalus adalah ikan herbivora yang dominan di area ini, sementara jenis lain seperti Caranx kalla, Holocentrum rubrum, Lutjanus fulviflamma, dan Plotosus canius bersifat karnivora, dan Toxotes jaculator bersifat insektivora.
Salah satu spesies yang sering ditemui di ekosistem mangrove adalah ikan gelodok, termasuk Tetraodon erythrotaenia, Pilonobutis microns, Butis butis, Liza subvirldis, dan Ambasis buruensis. Ikan-ikan ini sering terlihat berenang di genangan air berlumpur atau menempel pada akar mangrove. Mereka adalah contoh bagaimana ekosistem mangrove mendukung keanekaragaman hayati yang unik.
Arthropoda dan Amphibia Hutan Mangrove
Ekosistem mangrove, yang merupakan hutan khas yang tumbuh di wilayah perbatasan antara daratan dan perairan, adalah rumah bagi berbagai bentuk kehidupan, termasuk kelompok Arthropoda terbang dan amphibia. Penelitian yang dilakukan oleh Abe pada tahun 1988 di Halmahera, Maluku, memberikan wawasan menarik tentang jenis-jenis makhluk hidup yang mendiami ekosistem mangrove.
1. Keanekaragaman Arthropoda Terbang
Salah satu aspek menarik dari ekosistem mangrove adalah keberagaman kelompok Arthropoda terbang yang menghuninya, termasuk serangga. Penelitian oleh Abe menunjukkan bahwa mayoritas serangga yang ditemukan di ekosistem mangrove berasal dari ordo Hymenoptera, Diptera, dan Psocoptera. Ordo Hymenoptera mencakup lebah, semut, dan tawon, yang memiliki peran penting dalam polinisasi dan dinamika ekosistem. Diptera mencakup lalat dan nyamuk, yang memiliki peran dalam rantai makanan dan pengendalian populasi. Psocoptera adalah serangga kecil yang sering ditemukan di lingkungan mangrove, berkontribusi pada keragaman hayati yang mengesankan di sana.
2. Amphibia di Ekosistem Mangrove
Meskipun ekosistem mangrove cenderung memiliki air asin, terdapat dua jenis amphibia yang diketahui dapat bertahan hidup di lingkungan ini. Dua jenis amphibia ini adalah Rana cancrivora dan Rana limnocharis, yang merupakan spesies katak yang beradaptasi dengan kehidupan di ekosistem mangrove. Kemampuan mereka untuk bertahan hidup di lingkungan yang sering kali keras ini adalah bukti luar biasa dari adaptasi kehidupan yang terus berlangsung di alam.
Keanekaragaman Reptil di Hutan Mangrove Indonesia
Ekosistem mangrove Indonesia adalah rumah bagi berbagai jenis reptil yang unik dan menarik.
1. Buaya Muara (Crocodylus porosus)
Salah satu reptil paling ikonik yang dapat ditemui di ekosistem mangrove Indonesia adalah buaya muara. Buaya muara (Crocodylus porosus) merupakan reptil besar yang hidup di perairan payau dan memiliki kemampuan beradaptasi dengan baik dalam lingkungan mangrove. Mereka adalah predator puncak di ekosistem ini dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
2. Biawak (Varanus salvator)
Biawak (Varanus salvator) adalah reptil terbesar di ekosistem mangrove. Mereka sering terlihat menjelajah di antara akar-akar mangrove dan mencari makanan. Biawak memainkan peran penting dalam mengendalikan populasi hewan kecil seperti serangga dan krustasea di ekosistem ini.
3. Ular Air (Enhydris enhydris)
Ular air (Enhydris enhydris) adalah jenis ular yang hidup di perairan tawar dan payau. Mereka memiliki adaptasi khusus untuk hidup di ekosistem mangrove. Ular air sering kali menjadi bagian penting dari rantai makanan dan merupakan pemangsa ikan kecil dan hewan air lainnya.
4. Ular Mangrove (Boiga dendrophila)
Ular mangrove (Boiga dendrophila) adalah ular yang terampil dalam memanjat pohon-pohon mangrove. Mereka sering kali berburu di daerah ini, dan sebagian besar memakan hewan-hewan kecil seperti burung dan mamalia kecil.
5. Ular Tambak (Cerberus rhynchops)
Ular tambak (Cerberus rhynchops) adalah spesies ular berbisa yang dapat ditemukan di ekosistem mangrove. Mereka biasanya hidup di daerah berlumpur dan dapat berenang dengan baik. Ular tambak berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dengan memangsa berbagai jenis hewan kecil.
6. Trimeresurus wagleri dan T. purpureomaculatus
Trimeresurus wagleri dan T. purpureomaculatus adalah jenis ular berbisa yang dapat ditemukan di hutan mangrove. Mereka adalah ular berwarna-warni yang hidup di daerah ini dan berperan sebagai predator dalam rantai makanan.
Keanekaragaman reptil di hutan mangrove Indonesia adalah bukti dari kekayaan alam yang luar biasa di negara ini. Namun, perlu diingat bahwa beberapa spesies ini dapat menjadi ancaman bagi manusia dan memerlukan perlindungan.
Hutan Mangrove Surganya para Burung
Indonesia, dengan kekayaan alamnya yang melimpah, telah menjadi rumah bagi berbagai jenis burung yang menghiasi langitnya. Salah satu ekosistem yang memiliki peran penting dalam mendukung keanekaragaman burung adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove, dengan perpaduan antara daratan dan lautan, menjadi habitat yang unik dan penting bagi sejumlah spesies burung, baik yang hidup di sekitarnya maupun yang melakukan migrasi jarak jauh.
1. Mangrove sebagai Habitat Burung
Tidak seperti yang mungkin kita bayangkan, jenis-jenis burung yang mendiami ekosistem mangrove tampaknya tidak terlalu berbeda dengan yang hidup di hutan sekitarnya. Mereka menggunakan mangrove untuk mencari makan, berkembang biak, atau sekadar beristirahat. Beberapa jenis burung air, seperti Kuntul (Egretta spp), Bangau (Ciconiidae), atau Pecuk (Phalacrocoracidae), menggunakan daerah mangrove ini untuk membuat sarang karena minimnya gangguan dari predator. Sementara itu, jenis-jenis burung pemakan ikan, seperti kelompok burung Raja Udang (Alcedinidae), mendapatkan tempat bertengger serta sumber makanan yang melimpah di dalam mangrove.
2. Peran Penting dalam Migrasi Burung
Bagi burung air migran, ekosistem mangrove memiliki peran yang sangat penting dalam perjalanan migrasi mereka. Mangrove bukan hanya menjadi tempat perhentian, tetapi juga tempat perlindungan dan sumber makanan. Beberapa lokasi penting untuk burung migran ini termasuk Pantai Timur Sumatera, Pantai Utara Jawa, dan Pantai Barat Sulawesi Selatan. Meskipun demikian, masih diperlukan survei lebih lanjut untuk memverifikasi pentingnya beberapa daerah lain di Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya sebagai habitat burung migran.
3. Keanekaragaman Burung di Ekosistem Mangrove
Data dari berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa ekosistem mangrove mendukung keanekaragaman burung yang signifikan. Sebagai contoh, di Pulau Jawa, ditemukan adanya 167 jenis burung terestrial di hutan mangrove, yang merupakan 34% dari seluruh jenis burung yang tercatat di Pulau Jawa. Di Sumatera Selatan, terdapat sekitar 120 jenis burung, mencakup 56% dari total burung di daerah tersebut atau 25% dari seluruh jenis burung di Sumatera. Di Sulawesi Selatan, ada 81 jenis burung dari total 141 jenis burung di lahan basah propinsi tersebut, mencakup 58% atau 21% dari seluruh burung di Sulawesi. Di Irian Jaya, tercatat 64 jenis burung di hutan mangrove, mencakup 71% atau 10% dari seluruh burung di Irian Jaya. Selain itu, di Pulau Sumba, dari total 17% jumlah burung yang tercatat di sana, 27 jenis ditemukan di daerah Mangrove Pulau Sumba.
4. Perlindungan Burung Langka dan Terancam
Ekosistem mangrove juga menjadi tempat tinggal yang penting bagi beberapa jenis burung yang langka atau terancam kepunahan. Diantaranya adalah:
- Wilwo (Mycteria cinerea - Milky Stork - Ciconiidae): Wilwo adalah salah satu jenis bangau yang paling terancam di dunia. Populasinya diperkirakan hanya berkisar antara 5000 hingga 6000 ekor, dan lebih dari 90% dari populasi ini ditemukan di daerah hutan bakau di Indonesia, terutama di Sumatera dan Jawa.
- Bubut hitam (Centropus nigrorufus - Sunda Coucal - Cuculidae): Jenis ini tercantum dalam kategori Vulnerable dalam Red Data Book dan merupakan jenis endemik Pulau Jawa. Saat ini, bubut hitam hanya ditemukan di kawasan hutan mangrove dan rawa di sekitar Tanjung Karawang, Indramayu, dan Segara Anakan.
- Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus - Lesser Adjutant - Ciconiidae): Hutan mangrove adalah habitat penting bagi jenis burung yang tergolong vulnerable ini untuk bersarang dan mencari makan.
Ekosistem mangrove di Indonesia memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung keanekaragaman burung. Data mencatat bahwa banyak jenis burung yang bergantung pada habitat mangrove, dan ini mencakup sekitar 13% dari seluruh jenis burung di Indonesia. Selain itu, mangrove juga menjadi tempat tinggal yang penting bagi beberapa jenis burung langka atau terancam kepunahan. Oleh karena itu, pelestarian dan perlindungan ekosistem mangrove adalah tindakan yang krusial untuk memastikan kelangsungan hidup berbagai spesies burung dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia yang luar biasa.
Mamalia Hutan Mangrove
Ekosistem mangrove Indonesia bukan hanya menjadi rumah bagi beragam jenis burung, tetapi juga tempat tinggal bagi berbagai mamalia yang mendukung keanekaragaman hayati yang luar biasa.
1. Babi Liar dan Kancil
Di ekosistem mangrove, Kita juga bisa menemukan mamalia seperti babi liar dan kancil. Mereka mencari makan di antara akar-akar rimbun mangrove dan hutan bakau. Kehadiran mereka adalah bukti bahwa mangrove juga menyediakan sumber makanan yang melimpah untuk mamalia herbivora seperti kancil.
2. Monyet Ekor Panjang
Monyet ekor panjang adalah salah satu mamalia yang sering terlihat mencari makan di sekitar mangrove. Mereka adalah spesies yang sangat adaptif dan dapat menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan. Keberadaan monyet ekor panjang di ekosistem mangrove membantu menjaga keseimbangan ekosistem dengan memakan berbagai jenis buah-buahan dan tumbuhan.
3. Bekantan, Si Singa Air Kalimantan
Bekantan, atau yang dikenal sebagai si singa air Kalimantan, adalah mamalia endemik di Kalimantan. Mereka adalah primata dengan hidung yang besar dan mencolok. Bekantan sering ditemukan di sekitar wilayah mangrove Kalimantan, di mana mereka mengandalkan hutan bakau sebagai tempat berkembang biak dan mencari makan.
4. Harimau Sumatera
Sungai Sembilang di Sumatera Selatan dan Taman Nasional Berbak di Jambi adalah tempat yang masih memungkinkan untuk menemukan harimau Sumatera. Harimau ini adalah salah satu subspesies harimau yang paling terancam punah di dunia. Mangrove di daerah ini adalah habitat penting bagi mereka, memberikan perlindungan dan sumber makanan yang vital.
5. Berang-berang
Dari empat jenis berang-berang yang ada di Indonesia, beberapa di antaranya juga ditemukan di hutan mangrove. Keberadaan berang-berang ini menunjukkan bahwa mangrove adalah habitat yang penting bagi mamalia omnivora yang mengandalkan berbagai sumber makanan.
6. Mamalia Laut
Tidak hanya mamalia darat, ekosistem mangrove juga menjadi rumah bagi beberapa mamalia laut yang menarik. Dua jenis lumba-lumba, Orcella brevirostris dan Sousa chinensis, dapat ditemukan di sekitar muara hutan bakau. Ini adalah contoh bagaimana ekosistem mangrove juga berperan dalam mendukung mamalia laut yang bergantung pada perairan payau yang dekat dengan pesisir.
7. Pteropus Vampirus - Kelawar Besar
Pteropus vampirus, atau kelawar besar, adalah salah satu mamalia udara yang sering terlihat di daerah mangrove. Kelawar ini memiliki peran penting dalam penyebaran biji-bijian tumbuhan mangrove melalui konsumsi buah-buahan dan penyebaran biji dalam kotoran mereka.
Ekosistem mangrove Indonesia ternyata bukan hanya menjadi tempat tinggal bagi beragam jenis burung, tetapi juga menjadi rumah bagi berbagai mamalia yang unik dan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Melindungi dan melestarikan ekosistem mangrove adalah tugas penting bagi kita semua, karena hal ini tidak hanya mendukung keanekaragaman hayati, tetapi juga menjaga habitat bagi mamalia-mamalia yang menghuni mangrove, termasuk spesies yang terancam punah.