Pertanian - Microgreens, sebuah istilah yang mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang, namun telah mulai dikenal oleh sebagian lainnya. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi konsep serta manfaat dari microgreens yang merupakan sayuran muda dengan tekstur yang lunak dan kaya akan nutrisi.
Microgreens berasal dari biji-bijian berbagai spesies sayuran, tanaman herbal aromatik, atau bahkan dari spesies liar yang dapat dimakan. Umumnya, microgreens dapat dipanen dalam rentang waktu 7 hingga 21 hari setelah perkecambahan, ketika kotiledonnya telah terbuka dan daun pertama mulai tumbuh secara penuh.
Baca Juga : Peluang Bisnis Tanaman Jagung, Memanfaatkan Pertumbuhan Pasar dan Inovasi Teknologi
Pemanenan microgreens dilakukan dengan cara memotong tanaman tersebut tepat di atas permukaan medium pertumbuhannya, biasanya dengan panjang sekitar 3 hingga 9 cm tanpa akar.
Salah satu hal yang menarik tentang microgreens adalah bahwa bagian yang dapat dimakan meliputi batang, kotiledon, dan daun pertama yang telah terbuka sempurna. Terdapat juga beberapa spesies di mana microgreens masih menyertakan kulit biji yang menempel pada kotiledonnya, sehingga ikut termakan.
Hal ini membedakan microgreens dari kecambah, yang umumnya hanya dapat dipanen dalam beberapa hari pertama, maksimal 7 hari, sebelum biji benih benar-benar tumbuh. Bagian yang dikonsumsi dari kecambah adalah akar, batang, dan biji kotiledon yang belum terbuka, bersama dengan daun pertama yang belum muncul.
Selain microgreens, terdapat juga istilah babygreens yang mengacu pada sayuran yang sedikit lebih tua, dengan rentang usia sekitar 21 hingga 40 hari. Babygreens umumnya dikonsumsi dengan batang dan beberapa daun yang telah mengeras. Di Indonesia, konsep babygreens sering diterapkan pada beberapa jenis sayuran buah dan umbi, seperti jagung baby, mentimun baby, terong baby, dan wortel baby, meskipun jarang digunakan untuk sayuran daun.
Baca Juga : Memahami Umur dan Fase Pertumbuhan Padi Genjah
Kemudian, ada juga sayuran dewasa (matured vegetables) yang umumnya dipanen setelah mencapai usia 40 hingga 60 hari. Sayuran dewasa memiliki tekstur yang lebih keras dibandingkan dengan babygreens, dan biasanya digunakan untuk berbagai jenis hidangan, baik dalam masakan tradisional maupun internasional.
Mengapa microgreens menjadi semakin populer? Salah satu alasan utamanya adalah kandungan nutrisi yang tinggi. Meskipun ukurannya kecil, microgreens diketahui memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi daripada sayuran dewasa.
Menurut beberapa penelitian, microgreens memiliki kandungan vitamin, mineral, dan antioksidan yang lebih kaya, sehingga memiliki potensi untuk memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Misalnya, microgreens dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung, serta memperbaiki kesehatan pencernaan.
Baca Juga : Memahami Fase Pertumbuhan Padi
Selain itu, microgreens juga memiliki rasa yang khas dan beragam, mulai dari yang manis, pedas, pahit, hingga tajam. Hal ini membuat mereka menjadi tambahan yang menarik dalam berbagai hidangan, baik sebagai hiasan atau sebagai bahan utama. Keberagaman rasa ini juga memungkinkan kita untuk bereksperimen dengan berbagai kombinasi dan penyajian, sehingga menambah keseruan dalam mengolah makanan.
Dari segi keberlanjutan, microgreens juga memiliki potensi untuk menjadi solusi yang ramah lingkungan dalam produksi makanan. Mereka dapat ditanam dalam ruang terbatas, baik di dalam rumah, apartemen, atau bahkan di perkotaan yang padat. Selain itu, karena masa panennya yang relatif singkat, microgreens membutuhkan sedikit ruang dan waktu untuk tumbuh, sehingga mengurangi jejak karbon dan pemakaian air yang dibutuhkan dalam produksi makanan.
Dalam konteks kuliner, microgreens telah menjadi tren yang semakin populer di kalangan chef dan penggemar masakan kreatif. Mereka digunakan sebagai hiasan atau penyedap dalam berbagai hidangan, mulai dari salad, sandwich, sup, hingga hidangan utama seperti steak dan pasta. Kehadiran microgreens memberikan sentuhan segar dan tekstur yang menarik pada hidangan, serta menambah nilai estetika dan cita rasa yang lebih kompleks.
Baca Juga : Memahami Konsep Pertanian Bekelanjutan
Tidak hanya itu, microgreens juga dapat menjadi pilihan yang menarik bagi para petani dan pelaku bisnis pertanian. Dengan permintaan yang terus meningkat dari pasar konsumen yang semakin peduli akan kesehatan dan keberlanjutan, produksi microgreens dapat menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Selain itu, karena proses budidaya yang relatif sederhana, microgreens dapat ditanam oleh siapa pun, baik di tingkat rumah tangga maupun skala komersial.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri microgreens telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Banyak petani dan pengusaha kuliner yang mulai melirik potensi dari microgreens, baik sebagai tambahan dalam menu mereka maupun sebagai produk unggulan yang dapat dijual kepada konsumen. Hal ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya pola makan yang sehat dan berkelanjutan, serta minat yang semakin meningkat terhadap inovasi dalam dunia pertanian dan kuliner.
Baca Juga : Cara Membuat Pupuk Organik Cair JADAM Mikroorganisme
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa microgreens bukan hanya sekadar tren kuliner sementara, tetapi juga merupakan sumber potensi besar dalam menyediakan makanan yang sehat, lezat, dan berkelanjutan bagi masyarakat. Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep dan manfaat dari microgreens, diharapkan kita dapat lebih mengapresiasi keajaiban alam ini dan mengintegrasikannya ke dalam gaya hidup sehari-hari untuk mendukung kesehatan dan kesejahteraan kita semua.