Khasiat Jahe, Image by jcomp on Freepik |
Rumah Tani - Jahe (Zingiber officinale) telah dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional selama ribuan tahun. Dari China hingga India, jahe telah menjadi bagian penting dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit.
Saat ini, berbagai penelitian ilmiah telah mengungkapkan lebih dalam mengenai khasiat jahe serta komponen aktif yang berkontribusi terhadap efek terapeutiknya. Jahe memiliki berbagai manfaat kesehatan mulai dari antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, hingga antikanker.
Artikel ini akan menjelaskan secara rinci tentang manfaat, komposisi bahan aktif, produk yang mengandung jahe, serta dosis dan efek samping yang mungkin timbul akibat konsumsi jahe.
Khasiat Jahe dalam Pengobatan
Pengobatan Tradisional dan Ilmiah
Secara tradisional, jahe digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti batuk, pilek, sakit kepala, gangguan pencernaan, rematik, infeksi saluran kemih, dan mual/muntah. Efektivitas jahe dalam mengatasi berbagai kondisi ini telah dibuktikan melalui berbagai studi ilmiah baik in-vitro (dalam laboratorium) maupun in-vivo (dalam tubuh makhluk hidup).
Baca Juga : Mengenal Manfaat Kesehatan Bunga Rosella dan Potensi Penggunaannya dalam Industri Pangan
Hasil studi menunjukkan bahwa ekstrak jahe memiliki aktivitas biologis yang signifikan, termasuk sifat antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, imunomodulator, dan antivirus.
Manfaat dan Komposisi Bahan Aktif
Komponen Volatil dan Non-Volatil
Komponen aktif dalam jahe yang berkontribusi terhadap aktivitas biologisnya dapat dibagi menjadi senyawa volatil dan non-volatil. Komponen volatil terutama terdiri dari minyak atsiri yang membentuk aroma khas jahe, yang mencapai 3-5% dari total komposisi.
Minyak atsiri ini didominasi oleh komponen monoterpen dan seskuiterpen. Di antara monoterpen, ar-curcumene dan myrcene adalah yang paling dominan, sementara seskuiterpen terdiri dari zingiberene dan β-phellandrene dalam jumlah besar.
Komponen non-volatil, yang menentukan cita rasa pedas khas jahe, didominasi oleh gingerol dan shogaol. Gingerol adalah komponen utama dalam jahe segar, yang bertanggung jawab atas rasa pedas dan berbagai khasiat kesehatan jahe.
Namun, dalam proses pengeringan atau pemanasan, gingerol dapat berubah menjadi shogaol, yang memiliki rasa pedas yang lebih kuat dan juga khasiat kesehatan yang berbeda.
Khasiat Biologis Jahe
Jahe memiliki berbagai aktivitas biologis yang penting untuk kesehatan. Diantaranya adalah sifat antikolesterol, antipembekuan darah (antithrombotic/anti-platelet), antiinflamasi (anti-peradangan), serta vasodilator (pelebar pembuluh darah).
Khasiat ini menjadikan jahe sebagai pilihan yang baik untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung. Selain itu, jahe juga memiliki kemampuan sebagai antidiabetik, antikanker, analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), antioksidan, antibakteri, anti-radiasi, anti-alergi, imunomodulator, dan antivirus.
Baca Juga : Mengenal Cara Mengonsumsi Bunga Telang
Aktivitas Antivirus Jahe
Pengujian aktivitas antivirus jahe menunjukkan hasil yang menjanjikan. Misalnya, pemberian jahe dengan dosis 300 µg/ml pada sel saluran pernafasan manusia dapat menurunkan infeksi human respiratory syncytial virus (HRSV) sebesar 70% pada sel bagian atas dan bawah, sementara jahe kering hanya menekan infeksi sebesar 20% pada sel bagian atas saja. Gingerol adalah komponen utama yang berperan sebagai antivirus.
Studi lain menunjukkan bahwa ekstrak air jahe memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi dan antivirus untuk penyakit newcastle (NDV). Jahe juga membantu membunuh virus flu dan gejalanya seperti demam dan batuk pilek. Dengan meningkatkan asupan makanan dan minuman yang kaya antioksidan seperti ekstrak jahe, kita dapat memerangi peradangan dan menjaga sistem kekebalan tubuh tetap sehat.
Produk Jahe di Pasaran
Berbagai Bentuk Produk Jahe
Produk jahe tersedia dalam berbagai bentuk di pasaran, mulai dari makanan, minuman, bumbu, jamu, suplemen, hingga obat-obatan. Produk makanan seperti pikel/acara, manisan, pasta, irisan kering, dan serbuk menggunakan rimpang jahe sebagai bagian dari produk. Produk lain seperti permen, serbuk instan, dan minuman siap saji menggunakan ekstrak jahe yang diformulasikan dengan bahan lain.
Pengolahan dan Efek pada Komposisi Bahan Aktif
Proses pengolahan seperti pengeringan dapat mengubah komposisi bahan aktif jahe, yang berujung pada perubahan cita rasa dan khasiat jahe. Rasa pedas pada jahe segar berasal dari gingerol, sementara pada jahe kering, rasa pedas dikontribusikan oleh shogaol, yang merupakan produk degradasi termal dari gingerol. Dalam proses pengeringan, pemasakan, dan penyimpanan dalam jangka waktu panjang, gingerol dapat terkonversi menjadi shogaol dan zingerone.
Bahan aktif pada jahe terdapat dalam bentuk minyak dan oleoresin. Minyak dapat diperoleh melalui proses penyulingan, sementara oleoresin dapat diperoleh melalui ekstraksi menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, aseton, dan lain-lain. Ekstraksi juga dapat dilakukan dengan air.
Baca Juga : Mengenal 8 Manfaat Bunga Telang
Metode ekstraksi yang berbeda akan menghasilkan ekstrak dengan karakteristik dan aktivitas biologis yang berbeda pula. Misalnya, ekstraksi dengan metanol akan menghasilkan ekstrak yang kaya akan gingerol, sementara ekstraksi dengan etil asetat hanya memberikan sedikit kandungan gingerol.
Hal ini mempengaruhi aplikasi dari ekstrak tersebut, di mana ekstrak metanol dapat menurunkan kadar gula darah, sementara ekstrak etil asetat lebih berperan dalam menurunkan kadar lemak dalam darah dan berat badan.
Dosis dan Efek Samping
Keamanan dan Efek Samping Jahe
Jahe tergolong herbal yang aman untuk dikonsumsi, dengan hanya sedikit kasus efek samping yang dilaporkan akibat konsumsi jahe sebagai suplemen. Meskipun jahe memiliki khasiat sebagai antimual/muntah, penggunaannya untuk ibu hamil masih menyimpan kekhawatiran.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak jahe kepada tikus bunting pada dosis 1000 mg/kg selama 15 hari tidak memperlihatkan adanya bahaya. Namun, beberapa studi lain melaporkan adanya gangguan perkembangan janin serta ketidakseimbangan rasio hormon estrogen-testosteron pada janin.
Pengujian pemberian produk teh jahe (15-50 g/l) pada tikus bunting selama 15 hari menunjukkan adanya peningkatan peluang kematian dini pada janin. Namun, janin yang selamat ditemukan memiliki bobot yang lebih tinggi daripada janin kontrol yang tidak diberi asupan teh jahe.
Studi klinis asupan jahe pada dosis 400 mg sebanyak tiga kali per hari selama 14 hari berturut-turut menunjukkan adanya efek samping minor berupa diare pada seorang peserta uji pada hari kedua pemberian. Asupan jahe lebih dari 6 g dapat menyebabkan iritasi pada lambung, dan reaksi alergi juga dapat terjadi jika menghirup serbuk jahe.
Baca Juga : Gerakan Tanam Padi Unggulan di Lebak: Langkah Nyata Menuju Kedaulatan Pangan
Jahe (Zingiber officinale) memiliki segudang manfaat kesehatan yang telah terbukti baik secara tradisional maupun ilmiah. Komponen aktif dalam jahe, seperti gingerol dan shogaol, berkontribusi pada berbagai aktivitas biologis termasuk antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, dan antivirus.
Produk jahe tersedia dalam berbagai bentuk di pasaran dan proses pengolahan dapat mempengaruhi komposisi bahan aktifnya. Meskipun jahe umumnya aman untuk dikonsumsi, perhatian khusus diperlukan saat menggunakannya pada ibu hamil dan dalam dosis tinggi. Dengan demikian, jahe tetap menjadi pilihan alami yang efektif untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah berbagai penyakit.