Peternakan

Mengenal 6 Jenis Kambing Budidaya Unggul di Indonesia

Kambing Kacang

6 Jenis Kambing Budidaya Unggul di Indonesia

Rumah Tani – Kambing, sebagai salah satu jenis hewan ternak, menjadi fokus utama bagi peternak tradisional di Indonesia. Meskipun produksi dan konsumsi daging kambing tidak sebesar daging sapi dan ayam, usaha ternak kambing terbukti cukup menjanjikan. Saat ini, mayoritas peternak kambing masih berasal dari kalangan tradisional, dan persaingan dalam industri ini belum seketat yang terjadi pada usaha ternak ayam atau sapi.

Sektor ternak kambing menarik perhatian karena minimnya keterlibatan perusahaan besar. Hal ini membuat para peternak tradisional dapat menjalankan usaha mereka dengan relatif lebih mudah. Selain dagingnya, kambing juga diandalkan untuk produksi susu. Susu kambing diklaim memiliki keunggulan dibanding susu sapi, terutama dalam konteks iklim tropis Asia. Susu kambing memiliki butiran lemak yang lebih besar, menjadikannya lebih cocok untuk daerah dengan iklim tropis. Meskipun harganya lebih tinggi dibandingkan susu sapi, keunggulan nutrisi membuatnya diminati oleh sebagian masyarakat.

Baca Juga : 5 Jenis Pakan Ayam Broiler yang Bernutrisi Tinggi

Dari segi ilmiah, kambing memiliki nama ilmiah Capra aegagrus, dan sejak kapan manusia mulai mendomestikasi hewan ini untuk dijadikan ternak masih menjadi misteri. Jenis-jenis kambing yang dapat dibudidayakan sangat beragam, dan setiap jenis memiliki keunggulan dan kelemahan sendiri. Di Indonesia, beberapa jenis kambing populer yang dibudidayakan mencakup berbagai ragam, menciptakan peluang untuk diversifikasi dan penyesuaian usaha ternak sesuai dengan kebutuhan lokal. Berikut ini beberapa jenis kambing yang umum dibudidayakan di Indonesia :

1.  Kambing Kacang

Kambing kacang, menjadi primadona di Indonesia, memiliki karakteristik yang membedakannya dari jenis kambing lainnya. Secara fisik, kambing kacang memiliki tubuh yang ramping dan padat, dengan tinggi gumba mencapai sekitar 60-65 cm untuk jantan dan 56 cm untuk betina. Bulunya pendek dan bervariasi warna, mulai dari hitam, putih, hingga cokelat, dengan pola belang-belang atau bercak-bercak yang menambah daya tariknya. Jantan kambing kacang memiliki tanduk pendek yang melengkung ke belakang, sementara betina tidak memiliki tanduk.

Kelebihan kambing kacang tidak hanya terletak pada penampilannya, tetapi juga pada sifat dan produktivitasnya. Kambing kacang menunjukkan daya tahan tubuh yang kuat terhadap penyakit, serta kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan, baik di dataran tinggi maupun rendah. Berat badannya yang ringan, sekitar 25-30 kg, membuatnya mudah diurus dan diangkut.

Produktivitas tinggi menjadi ciri khas kambing kacang. Betina dapat beranak 1-2 kali dalam setahun, menghasilkan 2-3 anak kambing setiap kali melahirkan. Selain itu, kambing kacang dikenal dapat mengonsumsi pakan yang sederhana, termasuk rumput, daun-daunan, buah-buahan, dan limbah pertanian.

Keberagaman kegunaan kambing kacang menjadikannya pilihan utama dalam berbagai keperluan. Kambing ini sering digunakan sebagai hewan kurban, di samping dapat diandalkan dalam program reproduksi untuk menghasilkan anak kambing berkualitas. Dagingnya yang gurih dan lezat menjadi daya tarik tambahan, dapat diolah menjadi berbagai hidangan seperti sate, gulai, tongseng, dan sop.

Baca Juga : Strategi Efektif untuk Sukses Berternak Ayam Broiler di Halaman Sempit

Kambing kacang, dengan sejumlah keunggulan ini, menjadikannya pilihan yang cocok untuk diternakkan di Indonesia. Keberhasilannya sebagai salah satu jenis kambing paling populer di negara ini tidak hanya berkaitan dengan penampilan fisiknya yang menarik, tetapi juga kemampuan adaptasinya yang tinggi dan produktivitas yang luar biasa.

2.  Kambing Etawa/Kambing Jamnapari

Kambing Etawa, atau dikenal juga sebagai kambing Jamnapari, adalah salah satu ras kambing yang berasal dari India dan telah meraih ketenaran di Indonesia. Secara fisik, kambing Etawa memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya, seperti tinggi badan yang mencapai 90-130 cm untuk jantan dan 80-100 cm untuk betina. Bobotnya juga bervariasi, dengan kambing jantan beratnya antara 60-100 kg dan betina antara 40-60 kg. Kepala yang cembung, mata berwarna hitam atau cokelat, telinga besar yang menggantung, leher panjang, dan badan ramping menjadikan kambing Etawa memiliki penampilan yang unik.

Masyarakat seringkali mengalami kekeliruan dalam merujuk kepada jenis kambing etawa. Umumnya, ketika masyarakat menyebut “etawa,” mereka sebenarnya merujuk kepada kambing peranakan etawa (PE). Namun, perlu dicatat bahwa kambing etawa sebenarnya berasal dari daerah Etawah, India, dan dikenal sebagai kambing jamnapari. Pada tahun 1930-an, kambing ini diperkenalkan ke Indonesia oleh Hindia Belanda, dan pada tahun 1947, Presiden Sukarno juga ikut berperan dalam membawa kambing jamnapari ini ke Indonesia. Selama masa pemerintahan Belanda, kambing jamnapari dikembangkan di daerah Kaligesing, Purworejo, Jawa Tengah. Setelahnya, di masa pemerintahan Presiden Sukarno, pengembangan kambing etawa terfokus di Desa Senduro, yang terletak di kaki Gunung Semeru, Jawa Timur. Dengan demikian, sejarah kambing etawa di Indonesia melibatkan peran berbagai pihak dan lokasi pengembangan yang mencakup rentang waktu yang signifikan.

Keunggulan utama kambing Etawa terletak pada produktivitas susunya yang tinggi, mencapai 2-3 liter per hari. Kemampuannya beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan dan mampu mengonsumsi berbagai jenis pakan menjadi nilai tambah lainnya. Dengan bulu berwarna putih polos atau bercampur hitam, kambing Etawa menarik perhatian tidak hanya sebagai penyedia susu dan daging berkualitas, tetapi juga sebagai hewan yang dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik melalui kotorannya.

Pemeliharaan kambing Etawa dapat dilakukan baik secara intensif maupun ekstensif. Pemeliharaan intensif melibatkan penyediaan kandang, pakan, dan air minum yang memadai, sedangkan pemeliharaan ekstensif memungkinkan kambing untuk berkeliaran di lahan terbuka. Fleksibilitas dalam sistem pemeliharaan ini membuat kambing Etawa dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peternak.

Baca Juga : Mengoptimalkan Pertumbuhan dan Kesehatan Ayam Broiler melalui Pemahaman Mendalam tentang Vitamin Ayam Broiler

Dalam konteks pemanfaatan, kambing Etawa memberikan kontribusi signifikan. Susunya memiliki rasa yang gurih dan kaya nutrisi, sedangkan dagingnya memiliki tekstur lembut dan cita rasa yang lezat. Selain itu, kotoran kambing Etawa dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang berguna bagi pertanian.

Di Indonesia, sejarah kambing Etawa dimulai pada masa kolonial Belanda, dan sejak itu, kambing ini telah menjadi bagian penting dari budidaya peternakan di berbagai daerah, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pada tahun 2020, populasi kambing Etawa di Indonesia mencapai sekitar 1,5 juta ekor, dan angka ini terus meningkat sejalan dengan permintaan yang terus tumbuh terhadap susu dan daging kambing. 

3.  Kambing Peranakan Etawa (PE)

Kambing Peranakan Etawa (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing lokal Indonesia, menggabungkan keunggulan produktivitas susu tinggi dan ketahanan tubuh yang kuat dari kedua induknya. Secara fisik, kambing PE memiliki ciri-ciri serupa dengan kambing Etawa, dengan tinggi badan jantan berkisar antara 90-130 cm dan bobot berkisar antara 60-100 kg, sedangkan kambing betina memiliki tinggi berkisar antara 80-100 cm dan bobot antara 40-60 kg. Ciri-ciri khas meliputi kepala cembung, mata berwarna hitam atau cokelat, telinga besar yang menggantung, leher panjang dan ramping, dan bulu berwarna putih polos atau campuran hitam di beberapa bagian.

Related posts

Apa Itu Pakan Fermentasi dan Mengapa Penting bagi Peternakan Modern?

Rumah Tani

Peluang Emas Produk Peternakan Indonesia Di Pasar Global: Yuk, Jadi Juragan Ekspor!

Rumah Tani

Mengenal Etnobiologi, Ilmu yang Menghubungkan Alam dan Kearifan Lokal

Rumah Tani

1 comment

Tips dan Rekomendasi Pakan Ayam Petelur 6 Mei 2025 at 22:48

[…] Baca Juga : Mengenal 6 Jenis Kambing Budidaya Unggul di Indonesia […]

Reply

Leave a Comment