Image by Diana Cherry from Pixabay
Rumah Tani – Selada, yang memiliki nama ilmiah Lactuca sativa L., memegang posisi istimewa sebagai satu-satunya jenis Lactuca yang berhasil didomestikasi. Pohon hijau ini memiliki akar yang berpusat di wilayah lembah di sekitar Laut Tengah, khususnya di Asia Barat. Sejarah panjangnya dapat ditelusuri kembali melalui bukti lukisan pada pemakaman Mesir kuno, yang menunjukkan bahwa selada yang tidak membentuk “kepala” sudah ditanam sejak 4500 SM. Awalnya, tanaman ini digunakan tidak hanya sebagai bahan obat, tetapi juga untuk minyak dimana bijinya dapat digunakan sebagai bahan makanan.
Selada kemudian menyebar ke berbagai belahan dunia, membawa kekayaan budaya dan nutrisi. Wilayah penyebarannya mencakup Karibia, Malaysia, Afrika Timur, Tengah, dan Barat, serta Filipina. Tidak hanya itu, selada juga telah menemukan tempatnya di Indonesia, menambahkan keanekaragaman kuliner di negara ini.
Selada (Lactuca sativa L) menonjol sebagai salah satu komoditas hortikultura dengan prospek dan nilai komersial yang menjanjikan. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat di Indonesia, bersama dengan peningkatan kesadaran akan kebutuhan gizi, menjadi pendorong utama dalam meningkatnya permintaan terhadap sayuran. Selain itu, yang perlu diingat adalah kandungan gizi, terutama vitamin dan mineral, yang terdapat dalam sayuran tidak dapat digantikan oleh makanan pokok, seperti yang diungkapkan oleh Nazaruddin pada tahun 2003.
Baca Juga : Kremah (Alternanthera Sessilis) Si Gulma Penambah Stamina
Namun, kepopuleran selada tidak hanya berdasarkan rasa segar dan teksturnya yang renyah. Selada telah membuktikan manfaatnya bagi kesehatan tubuh. Studi oleh Haryanto dan rekan-rekannya pada tahun 2007 menunjukkan bahwa selada memiliki potensi untuk memperbaiki dan memperlancar sistem pencernaan, serta dapat berfungsi sebagai obat alami untuk penyakit panas dalam.
Karakteristik dan Morfologi Selada (Lactuca sativa L.)
Tanaman selada yang termasuk dalam famili Asteraceae, tidak hanya memberikan kelezatan dalam sajian kuliner, tetapi juga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Aini et al. (2010), ditemukan bahwa selada memiliki kandungan yang kaya akan mineral seperti iodium, fosfor, besi, tembaga, kobalt, seng, kalsium, mangan, dan kalium. Kandungan ini membuat selada memiliki manfaat luar biasa dalam menjaga keseimbangan tubuh.
Tanaman selada sendiri dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini :
- Kingdom: Plantae
- Divisio: Spermatophyta
- Kelas: Dicotyledoneae
- Ordo: Asterales
- Family: Asteraceae
- Genus: Lactuca
- Spesies: Lactuca sativa L.
Salah satu ciri khas dari tanaman selada adalah sistem perakarannya yang terdiri dari akar tunggang dan serabut. Akar serabut ini tidak hanya menempel pada batang, tetapi juga tumbuh menyebar ke semua arah dengan kedalaman mencapai 20-50 cm. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh dengan lurus menuju pusat bumi. Fungsi utama akar adalah menyerap air dan nutrisi dari tanah, yang mendukung pertumbuhan batang dan memastikan kekokohan tanaman.
Batang tanaman selada sendiri memiliki struktur yang unik, berbuku-buku, dan berfungsi sebagai tempat kedudukan bagi daun-daunnya. Daun selada memiliki bentuk bulat dengan ukuran sekitar 25 cm x 15 cm, memiliki variasi warna yang beragam seperti hijau segar, hijau tua, dan bahkan, pada beberapa kultivar, ada yang memiliki daun berwarna merah.
Bunga selada adalah bunga kecil, berwarna kuning atau putih, yang tumbuh di bagian atas batang tanaman selada. Bunga selada memiliki lima kelopak dan lima benang sari. Bunga selada biasanya muncul setelah tanaman selada sudah cukup dewasa, sekitar 6-8 minggu setelah tanam.
Proses penanaman selada dimulai dengan pembiakan bijinya. Sebelum ditanam, biji selada biasanya disemai terlebih dahulu di persemaian. Biji ini dapat diperoleh di toko-toko pertanian, namun, seperti yang disarankan oleh Barmin (2010), biji juga dapat disiapkan sendiri dengan memilih biji yang tua dan sehat. Selada mempunyai biji dengan bentuk oval pipih, berbulu, dan berwarna coklat dengan ukuran sekitar 1-2 mm. Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menjelaskan bahwa biji selada merupakan biji tertutup dan berkeping dua.
Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
Tanaman selada biasanya ditanam menjelang berakhirnya musim hujan karena tidak dapat bertahan terhadap cuaca yang lembab. Pada musim kemarau, tanaman ini membutuhkan penyiraman secara teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan, selada juga tidak dapat mengatasi sinar matahari yang terlalu panas. Untuk pertumbuhannya yang optimal, selada memerlukan tanah yang subur dan kaya humus. Tanah dengan campuran pasir dan lumpur juga sangat cocok untuk mendukung pertumbuhan selada. Namun, tanah lempung berdebu dan lempung berpasir juga dapat digunakan sebagai media tanam yang efektif.
Baca Juga :
Cahyono (2001) menyatakan bahwa selada dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun dataran rendah, dengan ketinggian bervariasi antara 5 hingga 2.200 meter di atas permukaan laut. Suhu optimum bagi pertumbuhannya berkisar antara 15-20 ⁰C. Suhu sedang menjadi kondisi ideal untuk menghasilkan selada berkualitas tinggi, di mana suhu siangnya mencapai 20 ⁰C dan suhu minimum malamnya sekitar 10 ⁰C. Suhu yang lebih tinggi, seperti 30 ⁰C, cenderung menghambat pertumbuhan, merangsang tumbuhnya tangkai bunga, dan dapat menyebabkan rasa pahit pada selada.
Jenis-Jenis Selada (Lactuca sativa L.)
Haryanto et al. (1995) menjelaskan bahwa tanaman selada yang sering dibudidayakan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yakni selada mentega atau selada telur, yang memiliki kepala bulat dengan daun saling rapat menyerupai telur, batangnya sangat pendek dan hampir tidak terlihat, serta memiliki tekstur lunak dan renyah. Selanjutnya, selada rapuh memiliki kepala yang lonjong dengan pertumbuhan yang tinggi, daunnya lebih tegak dibandingkan dengan jenis selada lainnya, berukuran besar, berwarna hijau tua agak gelap, dan tergolong lambat dalam pertumbuhannya. Ada juga selada daun atau cutting lettuce, yang memiliki helaian daun lepas dengan tepi berombak/bergerigi dan berwarna hijau, tidak membentuk kepala, memiliki pertumbuhan yang rendah, dan toleran terhadap kondisi dingin. Terakhir, selada batang memiliki daun berukuran besar dan tidak membentuk kepala.
Selada menampilkan keberagaman yang sangat luas dalam hal jenis dan kultivar. Meskipun terdapat ratusan kultivar selada, namun dapat dikelompokkan menjadi enam kategori kultivar utama, yakni:
1. Kelompok Kultivar Selada Butterhead (L. sativa var capitata)
Kelompok kultivar selada butterhead (L. sativa var capitata) adalah salah satu dari enam kelompok kultivar selada yang paling umum dibudidayakan. Kelompok ini dicirikan oleh krop yang kompak dan lembut serta daun bagian dalam yang tipis, berminyak, dan memiliki tekstur seperti mentega.
Krop selada butterhead biasanya berbentuk bulat atau oval, dengan diameter sekitar 10-20 cm. Daun bagian luar krop biasanya berwarna hijau tua, sedangkan daun bagian dalam berwarna hijau muda. Daun selada butterhead memiliki tekstur yang lembut dan berminyak, dengan rasa yang ringan dan segar.
Selada butterhead dapat ditanam di berbagai kondisi iklim, tetapi paling baik ditanam di tempat yang mendapat sinar matahari penuh dan tanah yang lembap tetapi berdrainase baik. Selada butterhead dapat dipanen dalam waktu sekitar 4-6 minggu setelah ditanam.