Image by Andreas Göllner from Pixabay
Rumah Tani – Seledri (Apium graveolens L.) merupakan tanaman hortikultura yang menduduki tempat istimewa dalam budaya pertanian di Indonesia. Dikenal dengan nama ilmiah Apium graveolens L., tanaman ini termasuk dalam keluarga Apiaceae. Sifatnya yang tahan tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah membuatnya menjadi pilihan utama bagi para petani di berbagai wilayah Indonesia. Keberagaman manfaat seledri membuatnya lebih dari sekadar tanaman sayuran biasa; seledri menjadi bumbu dapur yang lezat dan juga memiliki khasiat sebagai obat herbal. Untuk memahami lebih jauh mengenai keajaiban tanaman ini, mari kita eksplorasi klasifikasi, morfologi, dan persyaratan lingkungan yang diperlukan oleh seledri.
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Seledri
Secara ilmiah, seledri diklasifikasikan sebagai Apium graveolens L. Tanaman ini berasal dari kawasan subtropika Eropa dan Asia. Lansdown (2013) menyatakan bahwa seledri termasuk dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Kelas Dicotyledonae, Ordo Apiales, Famili Apiaceae, Genus Apium L, dan Spesies Apium graveolens L. Morfologi seledri mencakup batang silinder beruas-ruas, daun kecil ber tekstur halus, dan akar tunggang.
Baca Juga : Etnobiologi, Memahami Dinamika Hubungan Manusia dengan Alam
Tanaman seledri merupakan tumbuhan biji berkeping dua (dikotil) dengan tinggi yang dapat mencapai 60-90 cm. Daun seledri adalah daun majemuk yang melekat pada tangkai dengan ukuran tipis. Daun muda seledri berwarna hijau mengkilat dengan tepi bergerigi, menambah keindahan visualnya. Sementara itu, tangkai daun seledri tumbuh tegak ke atas, berwarna hijau keputihan dengan panjang sekitar 1-3 cm (Sutarman et al., 2022). Batang seledri tidak berkayu, beralur, dan beruas-ruas, sementara akar tanaman ini adalah akar tunggang dengan serabut-serabut pendek. Bunga seledri, kecil dan putih, tumbuh dalam struktur majemuk menyerupai payung, memberikan daya tarik tersendiri bagi tanaman ini (Juarni, 2017).
Manfaat dan Kandungan Gizi Tanaman Seledri
Seledri bukan hanya sekadar tanaman hias atau bumbu dapur biasa. Tanaman ini juga merupakan sumber berbagai manfaat dan kandungan gizi yang bermanfaat bagi kesehatan. Vitamin A, B, dan C hadir dalam seledri, menjadikannya kontributor utama dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian. Zat besi, yang penting untuk kesehatan darah, juga terdapat dalam seledri. Selain itu, zat gizi lainnya seperti mineral dan senyawa antioksidan memberikan nilai tambah dalam konsumsi seledri sebagai bagian dari pola makan sehari-hari.
Baca Juga : Jati Batoro, Etnobiologi Inspiratif di Indonesia
Penelitian oleh Rachmawati (2019) menunjukkan bahwa seledri juga memiliki potensi sebagai bahan obat. Sifat antiinflamasi dan antioksidannya dapat mendukung pengobatan berbagai penyakit. Oleh karena itu, seledri tidak hanya dinikmati sebagai bagian dari masakan, tetapi juga dapat diolah menjadi ramuan obat herbal yang bermanfaat. Keberagaman manfaat seledri membuatnya menjadi tanaman yang bernilai tinggi dalam dunia pertanian dan kesehatan.
Syarat Pertumbuhan dan Lingkungan Ideal Seledri
Untuk memastikan pertumbuhannya yang optimal, seledri membutuhkan kondisi lingkungan tertentu. Penanaman seledri sebaiknya dilakukan pada kondisi suhu ideal berkisar antara 18-24 °C. Kelembaban udara yang diperlukan berkisar antara 80-90%, sementara curah hujan ideal adalah antara 60-100 mm/bulan. Penyinaran sinar matahari yang cukup juga merupakan faktor kunci dalam pertumbuhan seledri (Jannah, 2016). Kondisi ini membuat seledri menjadi tanaman yang sensitif terhadap curah hujan yang tinggi, sehingga penanaman seledri disarankan pada akhir musim hujan.