Perkembangan lebih lanjut dari bunga menghasilkan buah yang memiliki karakteristik yang unik. Buah lenggadai memiliki bentuk melingkar yang tersusun secara spiral, menambahkan dimensi visual yang menarik pada pohon mangrove ini. Setiap buah memiliki panjang sekitar 2 cm dan ciri khas hipokotil yang silindris dan sedikit melengkung. Permukaan hipokotil terasa halus saat disentuh, dengan warna yang tetap konsisten dalam rentang hijau kekuningan yang serupa dengan daun dan bunga. Ukuran hipokotil ini bervariasi, dengan panjang mencapai 8 hingga 15 cm dan diameter sekitar 0,5 hingga 1 cm. Keseluruhan, karakteristik lenggadai ini menunjukkan adaptasi yang unik terhadap lingkungan mangrove dan memperkaya keanekaragaman hayati di ekosistem tersebut.
Ekologi Lenggadai (Bruguiera parviflora)
Lenggadai (Bruguiera parviflora) adalah spesies mangrove yang memiliki ekologi yang unik dan beragam, mencerminkan adaptasinya terhadap berbagai kondisi lingkungan. Secara umum, lenggadai cenderung membentuk tegakan monospesifik, artinya mereka sering tumbuh dalam komunitas yang didominasi oleh satu spesies tanaman. Mereka biasanya ditemukan di area yang tidak sering tergenang, tetapi juga dapat tumbuh di sepanjang alur air dan tambak tepi pantai. Spesies ini memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai jenis substrat, termasuk lumpur, pasir, tanah payau, dan tanah dengan tingkat salinitas tinggi.
Baca Juga : Avicennia marina
Di Australia, perbungaan lenggadai biasanya terjadi dari bulan Juni hingga September, sementara buahnya mulai matang dari bulan September hingga Desember. Penyebaran biji-bijinya yang ringan memudahkan dispersi melalui air, yang merupakan salah satu faktor penting dalam penyebaran dan penyebaran mereka. Lenggadai tampaknya tumbuh subur di area yang menerima cahaya matahari sedang hingga cukup, menunjukkan preferensi terhadap kondisi cahaya tertentu.
Proses penyerbukan pada lenggadai melibatkan serangga, terutama serangga yang aktif pada siang hari seperti kupu-kupu. Penting untuk dicatat bahwa daun lenggadai sering kali memiliki pola berlekuk-lekuk yang unik, yang merupakan hasil dari interaksi dengan serangga. Kehadiran pola ini bukan hanya memberikan ciri khas pada spesies ini tetapi juga mengindikasikan hubungan yang kompleks antara lenggadai dan serangga yang mengunjungi atau memanfaatkannya.
Baca Juga : Avicennia lanata
Penyebaran geografis lenggadai sangat luas, dari Bangladesh hingga Samoa, meliputi seluruh wilayah Indonesia. Meskipun tersebar luas, populasi lenggadai cenderung melimpah secara lokal di area-area tertentu. Sebagai contoh, di beberapa lokasi seperti Karang Gading-Langkat Timur Laut di Sumatera Utara, lenggadai dapat menjadi spesies dominan, menunjukkan peran penting mereka dalam ekosistem mangrove setempat. Dengan demikian, lenggadai tidak hanya memainkan peran penting dalam mempertahankan keanekaragaman hayati di ekosistem mangrove, tetapi juga memiliki interaksi yang kompleks dengan lingkungannya yang layak dijelajahi lebih lanjut.
Manfaat Lenggadai (Bruguiera parviflora)
Lenggadai (Bruguiera parviflora) memiliki beragam manfaat yang dapat dimanfaatkan secara ekonomis maupun secara tradisional. Salah satu manfaat utamanya adalah kayunya yang keras, kuat, dan memiliki kepadatan yang tinggi, membuatnya cocok untuk berbagai keperluan konstruksi dan perabotan. Kayu lenggadai cenderung memiliki berat yang signifikan, bahkan dapat dikategorikan sebagai kayu amat berat, sehingga cocok untuk penggunaan di mana kekuatan dan kekokohan diperlukan, seperti pembuatan pondasi, tiang, atau konstruksi kapal. Namun, perlu diperhatikan bahwa kayu lenggadai rentan terhadap penyusutan, sehingga perlindungan yang tepat diperlukan untuk memperpanjang umur pakainya.
Baca Juga : Avicennia alba
Proses pengolahan kayu lenggadai relatif mudah dilakukan dan menghasilkan hasil yang memuaskan. Namun, meskipun mudah diolah, kayu ini cenderung kurang tahan lama jika tidak dilindungi dengan baik atau jika terpapar langsung dengan tanah. Karena jarang ditemui dalam ukuran yang besar, penggunaan kayu lenggadai terbatas pada aplikasi yang membutuhkan bahan bakar, seperti kayu bakar atau untuk pembuatan arang. Selain itu, kayu lenggadai juga dapat dijadikan bahan baku untuk industri pulp, yang kemudian digunakan dalam produksi kertas dan produk kertas lainnya.
Tidak hanya kayunya yang memiliki manfaat, bagian semai lenggadai juga dimanfaatkan dalam aspek kuliner. Beberapa komunitas menggunakan semai lenggadai sebagai sayuran, menunjukkan potensi pemanfaatan penuh dari setiap bagian tanaman ini. Selain itu, kulit kayu lenggadai juga memiliki nilai ekonomis yang signifikan karena dapat menghasilkan zat samak dalam jumlah yang cukup besar, mencapai hingga 17% dari bahan keringnya. Zat samak ini umumnya digunakan dalam proses penyamakan kulit untuk industri pengolahan kulit.
Baca Juga : Acrostihum aureum
Dengan demikian, lenggadai bukan hanya memiliki nilai ekologis dalam menjaga keseimbangan ekosistem mangrove, tetapi juga memberikan kontribusi ekonomis dan sosial bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam tersebut. Pemanfaatan yang berkelanjutan dan pemeliharaan ekosistem mangrove menjadi kunci untuk memastikan bahwa manfaat-manfaat dari tanaman ini dapat terus dinikmati oleh generasi mendatang.
Dengan segala keunikannya, lenggadai tidak hanya menjadi bagian dari kekayaan alam Indonesia, tetapi juga merupakan representasi dari keindahan dan keragaman hayati yang perlu dilestarikan. Melalui pemahaman yang lebih dalam tentang pohon ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya pelestarian hutan bakau dapat semakin meningkat di kalangan masyarakat.