Terakhir, kita punya lahan salin, yang merupakan wilayah yang terkena intrusi air laut sehingga mengandung kadar garam yang tinggi, terutama selama musim kemarau. Luas lahan salin ini diperkirakan hanya sekitar 2% dari total area rawa pasang surut. Kehadiran garam dapat membatasi jenis tanaman atau hewan yang dapat hidup di sana, serta mempengaruhi aktivitas manusia yang bergantung pada sumber daya alam yang ada di sekitar rawa pasang surut.
Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang tipologi rawa pasang surut ini, kita dapat mengidentifikasi tantangan dan peluang yang terkait dengan pengelolaan dan pelestariannya. Pendekatan yang holistik dan berkelanjutan diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem rawa pasang surut dan mendukung keberlangsungan hidup manusia serta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
Baca Juga :Â 6 Jenis Hama Ikan Mas yang Sering Mengganggu Budidaya Perikanan
Rawa Pasang Surut Berdasarkan Tipe Luapan Air
Rawa Pasang Surut, yang merupakan bagian penting dari ekosistem pesisir, memiliki karakteristik yang sangat beragam berdasarkan pada tipe luapan air dan kondisi geologisnya. Berdasarkan penelitian, rawa pasang surut dapat dibedakan menjadi empat tipe utama, masing-masing memiliki ciri khas yang memengaruhi ekosistemnya serta pemanfaatannya oleh manusia.
Tipe pertama, yang disebut Tipe A, adalah lahan yang secara berkala terluapi oleh air laut baik pada pasang besar (spring tide) maupun pasang kecil (neap tide). Fenomena ini membuat lahan tersebut mengalami perubahan secara periodik antara tergenang air dan kering, memberikan kondisi yang unik bagi kehidupan biota di rawa pasang surut tersebut. Kondisi pasang surut yang teratur ini juga memengaruhi aktivitas manusia yang memanfaatkan lahan tersebut untuk berbagai keperluan.
Tipe selanjutnya, Tipe B, adalah lahan yang hanya terluapi oleh air laut pada pasang besar saja, tidak termasuk pasang kecil. Perbedaan ini menciptakan dinamika yang sedikit berbeda dari Tipe A, di mana tinggi air hanya mencapai titik tertentu pada pasang besar, tetapi tidak sampai menggenangi lahan pada pasang kecil. Hal ini dapat memengaruhi jenis flora dan fauna yang mendiami lahan tersebut serta strategi manusia dalam memanfaatkannya.
Baca Juga :Â Cara Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Baik dan Benar
Kemudian, Tipe C adalah lahan yang tidak terluapi oleh pasang laut secara langsung, tetapi air tanahnya dipengaruhi oleh pasang melalui resapan atau seepage. Dengan kata lain, meskipun tidak langsung tergenang oleh air laut, namun perubahan tinggi air laut masih berdampak pada muka air tanah di lahan ini. Kondisi ini dapat memengaruhi ketersediaan air bagi tumbuhan dan hewan di sekitarnya.
Terakhir, Tipe D merupakan lahan tegalan atau lahan kering yang tidak terpengaruh secara signifikan oleh luapan air laut. Muka air tanahnya berada pada kedalaman yang lebih jauh dari permukaan tanah, membuatnya menjadi habitat yang cocok untuk tanaman atau kegiatan pertanian lainnya yang tidak terlalu tergantung pada pasang surut.
Pengetahuan tentang tipe-tipe ini penting untuk pengelolaan dan pelestarian rawa pasang surut, karena masing-masing tipe memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang sesuai dalam pengelolaannya. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang dinamika ekosistem dan peran manusia di dalamnya, dapat diharapkan bahwa upaya konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dapat dilakukan secara efektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Rumah Tani
2 comments
[…] Baca Juga :Â Mengenal Rawa Pasang Surut […]
[…] Mengenal Rawa Pasang Surut […]