Sifat Kimia Tanah
Kompos merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang lengkap, meskipun dalam jumlah yang relatif kecil, meliputi unsur N, P, K, Ca, Mg, Zn, Cu, B, Mo, dan Si. Dalam jangka panjang, pemberian kompos bisa merubah pH dan meningkatkan hasil pertanian di tanah yang asam. Di tanah dengan kandungan rendah fosfat yang tersedia, bentuk fosfat organik memainkan peran penting dalam penyediaan nutrisi tanaman, sebab sebagian besar fosfor yang dibutuhkan tanaman terdapat dalam bentuk fosfat organik.
Fosfat organik ini banyak terdapat di dalam organ tanaman, seperti fitin, fosfolipida, dan asam nukleat. Beberapa di antaranya terdapat dalam bahan organik tanah, tapi tidak dalam jumlah banyak karena mudah diurai oleh mikroorganisme tanah. Komponen ini memiliki nilai penting dalam tanah (karena kemampuannya membentuk senyawa dengan muatan banyak), dan beberapa di antaranya hadir dalam jumlah yang relatif besar, tetapi lambat terurai seperti inositol.
Di tanah alkalin, inositol fosfat terbentuk bersama dengan kalsium atau magnesium, sementara di tanah asam terbentuk bersama dengan aluminium atau besi. Fosfor anorganik dalam bentuk aluminium-besi atau kalsium-fosfat yang tidak tersedia bagi tanaman, akan diubah menjadi fosfor organik yang dapat larut atau tersedia untuk tanaman oleh organisme yang melarutkannya.
Selain itu, kompos juga mengandung humus (zat organik tanah) yang sangat penting untuk meningkatkan nutrisi makro dan mikro serta penting bagi pertumbuhan tanaman. Partikel humus memiliki kapasitas pertukaran kation (KTK) yang lebih tinggi daripada partikel lempung (sekitar 3-10 kali lipat), sehingga penyaluran nutrisi makro dan mikro bisa berlangsung lebih lama.
Kapasitas tukar kation dari asam-asam organik dalam kompos lebih tinggi dibandingkan dengan mineral liat, tetapi lebih rentan terhadap perubahan pH karena muatannya sangat bergantung pada pH tanah. Pada pH 3,5, kapasitas tukar kation dari liat dan C-organik adalah 45,5 dan 199,5 me/100 g tanah, sedangkan pada pH 6,5 meningkat menjadi 63 dan 325,5 me/100 g tanah.
Kapasitas tukar kation mineral liat bervariasi, seperti kaolinit (3-5 me/100 g tanah), illit (30-40 me/100 g tanah), montmorilonit (80-150 me/100 g tanah), sementara asam humat memiliki kapasitas tukar kation sekitar 485-870 me/100 g tanah dan asam fulvat mencapai 1.400 me/100 g tanah. Dengan demikian, penambahan kompos ke tanah dapat meningkatkan nilai kapasitas tukar kation tanah (Tan, 1991).
Selain itu, bahan organik juga memiliki peran penting dalam membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Ini bermanfaat dalam mengurangi efek negatif logam-logam seperti Al, Fe, dan Mn terhadap tanaman serta nutrisi tanah secara keseluruhan dengan membentuk kelat bersama bahan organik.
Sifat Biologi Tanah
Kompos mengandung banyak mikroorganisme seperti jamur, bakteri, aktinomisetes, dan alga. Saat kompos ditambahkan ke dalam tanah, bukan hanya jutaan mikroorganisme baru yang dimasukkan, tetapi juga mikroorganisme yang telah ada dalam tanah akan lebih aktif berkembang. Proses penguraian lanjutan oleh mikroorganisme ini akan berlangsung terus, namun tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman.
Gas karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah akan digunakan oleh tanaman dalam proses fotosintesis, yang pada akhirnya akan mempercepat pertumbuhan tanaman.
Proses seperti amonifikasi, nitrifikasi, dan fiksasi nitrogen juga akan meningkat karena bahan organik dalam kompos menyediakan sumber karbon yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk proses ini. Aktivitas beragam mikroorganisme dalam kompos menghasilkan hormon pertumbuhan seperti auksin, giberelin, dan sitokinin, yang mendorong pertumbuhan akar dan penyebaran akar dalam mencari nutrisi lebih luas di tanah.
Penggunaan kompos pada lahan pertanian juga bisa membantu mengontrol atau mengurangi jumlah nematoda, sebab bahan organik mendorong perkembangan musuh alami nematoda seperti jamur dan bakteri, sementara lingkungan yang dihasilkan oleh bahan organik kurang menguntungkan bagi perkembangan nematoda.
Serangan nematoda yang menyebabkan bintil akar pada tanaman padi di beberapa daerah dikaitkan dengan penggunaan pupuk urea secara intensif. Bahan organik memiliki dampak positif pada aktivitas berbagai enzim hidrolase, mungkin karena meningkatkan jumlah mikroba di tanah (Garcia et al., 1994).
Setelah bahan organik ditambahkan selama 10 tahun, siklus biokimia seperti nitrogen, aktivitas enzim seperti urease dan protease, serta fosfor (fosfatase) dan karbon (ß-glukosidase) dapat direvitalisasi, sehingga kesuburan tanah meningkat (Ladd, 1985).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Rumah Tani