Peternakan

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Ternak Ruminansia

Mengenal Lebih Dekat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Ternak Ruminansia

Rumah TaniPenyakit Mulut dan Kuku (PMK) bukanlah penyakit baru di dunia peternakan, tetapi dampaknya yang sangat luas menjadikannya salah satu ancaman terbesar bagi keberlangsungan usaha peternak, baik skala kecil maupun besar. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan infeksi virus yang sangat menular dan menyerang hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing, domba, hingga babi. Virus penyebabnya termasuk dalam genus Aphthovirus dari famili Picornaviridae, yang dikenal memiliki daya tahan tinggi di lingkungan. Di Indonesia sendiri, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sering kali menjadi masalah besar terutama ketika musim hujan tiba, di mana kondisi lembap dan basah menjadi lingkungan ideal bagi virus untuk bertahan hidup lebih lama dan menyebar lebih luas.

Fenomena peningkatan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di musim hujan disebabkan oleh interaksi kompleks antara faktor lingkungan, perilaku peternak, dan sistem pengendalian yang belum optimal. Ketika hujan turun, virus yang keluar dari cairan tubuh hewan terinfeksi dapat terbawa air menuju saluran drainase, sawah, hingga sungai, sehingga memperluas jangkauan penularan. Dalam kondisi seperti ini, penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) tidak lagi terbatas pada kontak langsung antarhewan, tetapi juga melalui media lingkungan yang terkontaminasi. Situasi ini menuntut para peternak dan pihak berwenang untuk melakukan pengawasan ketat serta menerapkan langkah pencegahan yang lebih disiplin dan berlapis.

Lebih jauh lagi, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) bukan hanya menurunkan produktivitas ternak, tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi besar karena pembatasan perdagangan hewan dan produk turunannya. Dalam konteks ini, memahami apa itu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), bagaimana cara penularannya, serta bagaimana mengendalikannya, menjadi hal yang wajib diketahui oleh setiap pelaku di sektor peternakan.

Apa Itu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan Mengapa Sangat Menular?

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), atau dikenal juga dengan istilah Foot-and-Mouth Disease (FMD), merupakan penyakit virus akut yang sangat menular dan mempengaruhi semua jenis hewan berkuku belah. Virus penyebab Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) memiliki tujuh serotipe utama, yaitu O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3, dan Asia 1. Setiap serotipe ini berbeda secara imunologis, artinya kekebalan terhadap satu tipe virus tidak bisa melindungi dari tipe lainnya. Karena itu, program vaksinasi terhadap Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) harus selalu disesuaikan dengan serotipe yang sedang beredar di lapangan.

Salah satu hal yang membuat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sulit dikendalikan adalah kemampuannya bertahan lama di lingkungan luar tubuh hewan. Virus ini bisa hidup berhari-hari bahkan berminggu-minggu dalam kondisi lembap, di tanah, air, pakaian, atau peralatan kandang. Virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dapat menyebar dengan berbagai cara: melalui kontak langsung antarhewan, udara (aerosol), makanan, susu mentah, bahkan kendaraan dan pakaian peternak. Parahnya lagi, hewan yang sudah terinfeksi mulai menularkan virus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sejak 1–2 hari sebelum gejala klinis muncul, sehingga wabah dapat menyebar sangat cepat tanpa terdeteksi sejak awal.

Meskipun jarang menyebabkan kematian pada hewan dewasa, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) memiliki angka kesakitan hampir 100% pada populasi rentan. Hewan yang terinfeksi mengalami penurunan berat badan drastis, kehilangan nafsu makan, hingga produksi susu menurun tajam. Namun pada hewan muda, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dapat berakibat fatal karena virus menyerang otot jantung dan menimbulkan kematian mendadak. Inilah alasan mengapa penyakit ini dianggap sebagai momok besar di kalangan peternak.

Baca Juga : Bahan Pakan Asal Hewan dan Hasil Ikutannya, Sumber Protein Berkualitas untuk Ternak

Gejala dan Ciri-Ciri Klinis Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada Hewan

Ciri khas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) adalah munculnya lepuh-lepuh berisi cairan (vesikel) di area mulut, lidah, gusi, bibir, dan di sekitar kuku kaki hewan. Pada sapi dan kerbau, gejalanya biasanya sangat jelas dan mudah terlihat. Hewan yang terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) akan menunjukkan air liur berlebihan yang berbuih (hipersalivasi) dan enggan makan karena luka di mulut terasa sangat perih. Setelah beberapa hari, lepuh tersebut pecah dan berubah menjadi luka terbuka yang membuat hewan sulit mengunyah atau menelan makanan.

Selain di mulut, luka lepuh akibat Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) juga muncul di area kaki, terutama di celah antar kuku atau di sekitar pita koroner (bagian antara kuku dan kulit berbulu). Luka ini sangat menyakitkan dan sering menyebabkan hewan pincang, bahkan enggan berdiri. Pada kasus berat, infeksi sekunder akibat luka terbuka bisa menyebabkan kuku terlepas, menjadikan hewan tidak bisa berjalan sama sekali. Hal ini tentunya menurunkan produktivitas dan memperburuk kondisi fisik hewan.

Pada sapi perah, gejala Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sering diikuti dengan munculnya lepuh di ambing atau puting susu, sehingga pemerahan menjadi sangat menyakitkan dan memicu penurunan produksi susu drastis. Sementara pada anak sapi atau pedet, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) sering menyebabkan kematian mendadak akibat radang jantung (miokarditis), tanpa menunjukkan gejala lepuh sebelumnya. Inilah yang membuat penyakit ini semakin berbahaya, karena kemunculannya bisa berbeda-beda tergantung usia dan jenis hewan.

Baca Juga : Menggali Potensi Pakan Ternak Alternatif: Solusi Cerdas Menekan Biaya Produksi dan Meningkatkan Keuntungan Peternak

Cara Penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang Harus Diwaspadai

Related posts

Peran Strategis Peternakan dalam Mengangkat Ekonomi Desa

Rumah Tani

Beternak Itik Petelur, Cara Cerdas Mengubah Hobi Jadi Bisnis yang Menguntungkan

Rumah Tani

Kambing Jawa Randu : Potensi dan Keunikan Sebuah Komoditas Unggulan Peternakan di Pesisir Cilacap

Editor

Leave a Comment