Namun, penggunaan bawang putih juga menimbulkan pertanyaan tentang farmakokinetik dan aktivitas farmakologinya. Allicin, sebagai senyawa aktif yang menciptakan banyak efek kesehatan, memiliki sifat yang mudah terurai dan tidak stabil, terutama saat terkena panas selama proses memasak. Ini menimbulkan risiko intoleransi, reaksi alergi, dan masalah pencernaan pada sebagian individu.
Penelitian terkini membawa kita ke pemahaman lebih mendalam tentang perubahan senyawa bawang putih setelah dikonsumsi. De Rooij dkk. melaporkan keberadaan N-asetil-S-allyl sistein (NASAC) dalam urin manusia setelah konsumsi bawang putih. Laporan sebelumnya menunjukkan adanya berbagai senyawa, termasuk diallyl disulfide (DADS), allyl methyl sulfide (AMS), diallyl sulfide (DAS), allyl methyl disulfide (AMDS), dimethyl sulfide, acetone, dan diallyl trisulfide (DATS), pada napas peserta yang diuji setelah pemberian bawang putih mentah.
Tentu saja, stabilitas senyawa seperti allicin menjadi fokus utama dalam memahami bagaimana bawang putih dapat memberikan manfaat kesehatan. Penelitian Freeman dan Kodera mengungkapkan bahwa allicin dapat terdegradasi di dalam cairan lambung simulasi (SGF) dan cairan usus terstimulasi (SIF) pada berbagai pH, dengan kestabilan yang lebih tinggi dalam metanol dibandingkan etil asetat. Namun, hanya sejumlah kecil allicin yang dapat terdeteksi dalam darah setelah 5 menit, menunjukkan sifat instabilitasnya.
Farmakokinetik bawang putih juga telah menjadi fokus penelitian, dengan pemeriksaan pada tikus menggunakan alliin berlabel 35 S, vinil dithiin, dan allicin. Waktu puncak alliin (T max) dan allicin (T max) memberikan wawasan tentang bagaimana senyawa ini dihilangkan dari darah setelah konsumsi.
Baca Juga : Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)
Allicin, yang memiliki bentuk cairan berminyak berwarna kuning cerah, menghadirkan tantangan tersendiri karena sifatnya yang sangat tidak stabil. Penemuan bahwa allicin dengan mudah terdegradasi membawa pemahaman baru tentang peran ajoenes dan vinyldithiin, yang terbukti lebih stabil dibandingkan allicin, dalam memberikan manfaat kesehatan.
Dengan senyawa-senyawa ini, bawang putih tidak hanya menjadi penyedap masakan tetapi juga pilihan alami untuk meningkatkan kesehatan. Meskipun begitu, pemahaman tentang penggunaannya harus didukung oleh informasi ilmiah yang kuat dan pemahaman yang mendalam tentang kandungan kimianya. Seiring dengan penelitian yang terus berkembang, kita dapat lebih memahami potensi bawang putih sebagai obat tradisional yang efektif dan aman. Artinya, sambil menikmati cita rasa yang unik, kita juga dapat merasakan manfaat kesehatan yang dibawa oleh bawang putih, sebuah rempah yang telah membawa kelezatan dan kesehatan sepanjang zaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News