Berita

Krisis Harga Bawang Merah Guncang Petani

harga bawang merah

Harga Bawang Merah Melorot, Petani Menjerit
Rumah Tani – Petani bawang merah di seluruh Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah serius. Harga bawang merah, salah satu komoditas unggulan dalam dunia pertanian Indonesia, terus merosot hingga mencapai titik terendah dalam beberapa bulan terakhir. Masalah ini telah menyebabkan kerugian besar bagi petani, yang akhirnya merasa terdesak untuk menjual aset mereka guna mengatasi keuangan yang terdesak. Bagaimana Badan Pangan Nasional merespons krisis ini?

Harga bawang merah saat ini berada pada angka yang mencemaskan, dengan harga produksi mencapai Rp 18.000 per kilogram (kg). Di sisi lain, harga pembelian oleh petani jatuh dalam kisaran Rp 13.000 hingga Rp 16.000 per kg. Ketidakseimbangan ini telah membuat para petani mengalami kerugian yang signifikan. Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI), Ikhwan Arif, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap situasi ini, “Selama hampir tiga bulan terakhir, harga bawang merah telah berada di bawah angka Rp 20.000. Harga pembelian dari petani umumnya berada di kisaran sekitar Rp 16.000 per kilogram, sementara untuk bawang merah klasifikasi C, harganya bahkan turun hingga Rp 13.000 per kilogram.”

Penyebab utama anjloknya harga bawang merah adalah karena pasokan yang melimpah selama musim panen raya berlangsung. Petani telah menyaksikan hasil panen yang berlimpah, dan ini berdampak langsung pada harga. Kerugian yang dialami oleh para petani bisa mencapai puluhan juta rupiah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ikhwan, “Semua pihak mengalami kerugian, mengingat bahwa biaya produksi sekitar Rp 18.000 sementara harga bawang merah klasifikasi C hanya Rp 13.000 per kilogram. Artinya, setiap kilogram yang dihasilkan mengakibatkan kerugian sebesar Rp 5.000, dan jika produksi mencapai 10 ton, total kerugian petani mencapai 50 juta rupiah.”

Baca Juga

Krisis ini juga telah mendorong beberapa petani untuk menjual aset mereka, termasuk gudang dan kendaraan, demi menutupi utang dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ikhwan mengungkapkan, “Beruntung, hingga saat ini belum ada laporan tentang tindakan bunuh diri, terjadi pada tahun sebelumnya. Namun, beberapa petani telah terpaksa menjual aset berharga, seperti mobil mereka, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi masalah keuangan. Di sisi lain, beberapa petani besar bahkan terpaksa melepas gudang mereka sebagai cara untuk menghadapi situasi ini”. Situasi ini tidak hanya mengancam keberlanjutan usaha petani tetapi juga stabilitas kehidupan mereka.

Respons Badan Pangan Nasional

Menghadapi masalah serius ini, Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, memberikan pandangannya. Menurutnya, penanganan masalah anjloknya harga bawang merah seharusnya juga melibatkan pemerintah daerah. Adi mengingatkan bahwa tidak semua permasalahan dapat diatasi oleh pemerintah pusat sendirian, “Harganya bervariasi tergantung lokasi, dengan bawang merah mencapai Rp 50.000 di beberapa tempat, sementara di tempat lainnya, harganya mungkin hanya sekitar Rp 7.000 hingga Rp 10.000. Dalam situasi seperti ini, jika Harga Pembelian Pemerintah (HPP) mencapai Rp 15.000 atau Rp 20.000, maka akan lebih baik untuk membeli bawang merah dengan harga yang lebih murah di satu lokasi dan mengirimkannya ke daerah yang memiliki harga yang lebih tinggi.”

Baca juga : Integrated Urban Farming Di Kota Jakarta

Related posts

Prabowo Tegaskan Pentingnya Swasembada Pangan, Singgung Anak Petani Tak Mau Lagi Bertani

Rumah Tani

Bawang Putih (Allium sativum L.), Investasi Menguntungkan di Pasar Global

Rumah Tani

Langkah Strategis Pupuk Kaltim Menuju Kemandirian Petani Sulawesi Selatan

Editor

Leave a Comment