Rumah Tani – Tanaman seledri, dengan kelembutan dan aroma khasnya, sering menjadi favorit di berbagai hidangan kuliner. Namun, keindahan ini sering kali terancam oleh serangkaian hama yang dapat merusak dan menghancurkan tanaman seledri. Dalam upaya untuk melindungi tanaman ini, para petani perlu memahami dengan baik hama-hama yang sering menyerang seledri dan cara efektif untuk mengendalikannya.
Hama merupakan semua binatang yang menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil produksi tanaman. Kualitas dan kuantitas yang menurun, akan berpengaruh terhadap penurunan nilai jual sehingga berdampak pada kerugian ekonomi bagi petani. Hama akan menyebabkan kerusakan pada bagian tanaman yang akan mempengaruhi proses metabolisme tanaman seledri. Berikut beberapa hama yang sering menyerang tanaman seledri.
Baca Juga : Teknik Budidaya Tanaman Seledri yang Baik dan Benar
Kutu Daun (Aphis spp.)
Salah satu hama utama yang sering menjadi momok bagi tanaman seledri adalah kutu daun (Aphis spp.). Kutu daun merupakan hama yang menyebabkan kerusakan pada daun tanaman seledri sehingga pertumbuhan tanaman terhambat. Kutu daun memiliki warna mulai dari hijau cerah sampai hijau gelap, hijau muda hingga kekuningan. Kutu daun menyerang tanaman pada awal musim kemarau ketika udara kering dan suhu tinggi.
Baca Juga : Seledri (Apium graveolens L.)
Berdasarkan data hasil penelitian Jannah et al. (2019) kutu daun menyerang tanaman seledri dengan cara menghisap cairan sel tanaman pada permukaan daun bagian bawah, pucuk tanaman, dan batang muda. Gejala serangan kutu daun yang dapat dilihat secara langsung yaitu bagian pucuk daun seledri menguning dan terkadang menyebabkan keriting daun, sehingga produktivitas tanaman seledri menurun.
Salah satu pesies penting Aphis spp yang terdapat pada tanaman seledri adalah Aphis gossypii Glov. Imago A. gossypii Glov memiliki bentuk seperti telur berukuran ±1 – 2,5 mm. Reproduksi hama ini cepat yang dimana satu generasi berlangsung 6 – 8 hari pada kondisi lingkungan dengan suhu sekitar 25℃ dan berlangsung 21 hari pada kondisi lingkungan dengan suhu 15℃ (Rosid, 2018).
Serangga dewasa dapat hidup sekitar 2 – 3 minggu. Nimfa hama ini berwarna kuning, pada imago berwarna hijau kehitaman dan dapat bersayap maupun tidak bersayap. Berdasarkan hasil penelitian Sutarman et al., (2019) kutu daun bersayap biasanya terbentuk ketika populasi hama mulai padat atau tanaman inang sudah rusak atau mati, sehingga hama membutuhkan sayap untuk terbang mencari tanaman inang baru.
Baca Juga : Etnobiologi, Memahami Dinamika Hubungan Manusia dengan Alam
Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)
Selain kutu daun, ulat tanah (Agrotis ipsilon) juga merupakan ancaman serius bagi tanaman seledri. Hama ini menyerang batang tanaman muda serta daun tanaman, dengan cara memotong pangkal batang hingga tanaman patah dan mati.
Menurut Ginting (2019) gejala serangan yang ditimbulkan ulat tanah adalah tangkai daun atau pucuk tanaman seledri menjadi layu dan terkulai serta terdapat bekas gigitan ulat pada batang atau daun. Pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan mengumpulkan ulat dari sekitar persembunyiannya, menjaga kebersihan lahan dari sisa tanaman maupun rumput liar serta mengatur pola pergiliran tanaman yang tepat.
Baca Juga : Jati Batoro, Etnobiologi Inspiratif di Indonesia
Ulat tanah memiliki karakteristik unik, dengan warna hitam hingga abu-abuan, dan aktif merusak tanaman pada malam hari. Pada siang hari, ulat tanah bersembunyi dalam tanah. Ulat tanah hidup di bawah atau di dekat permukaan tanah. Fase hidup ulat tanah terdiri dari empat instar dengan lama stadium sekitar 18 hari.
Larva yang sudah besar memiliki panjang tubuh antara 2,5-3 cm dengan tipe mulutnya menggigit- mengunyah (Fatimah, 2015). Pupa memiliki lama stadium selama 5-6 hari. Imago ulat tanah berupa ngengat dengan sayap depan berwarna cokelat dan bergaris dan panjang bentangan sayap 4-5,9 cm. Ngengat betina meletakkan telurnya pada batang bawah atau daun rerumputan (Fatimah, 2015).
Tungau (Tetranychus spp.)
Tungau (Tetranychus spp.) juga termasuk dalam daftar hama yang merugikan tanaman seledri. Tungau menyerang daun muda maupun tua dengan cara menghisap cairan pada jaringan epidermis daun, menyebabkan daun terluka dan membentuk bercak.
Baca Juga : RUMAH TANI, Menginspirasi Pertanian yang Berkelanjutan dan Inovatif
Menurut Ginting et al. (2019) gejala akibat serangan tungau yaitu daun menjadi kering dan terdapat bercak kuning pada daun, kemudian terdapat titik-titik hitam atau coklat pada daun. Serangan hama tungau juga menyebabkan daun berlekuk dan jika serangan sudah sampai tahap berat maka tungau dapat menyebabkan daun rontok.
Tungau memiliki ukuran tubuh sangat kecil tidak lebih dari 0,8 mm dan bersifat polyfag yang artinya memiliki inang yang lebih dari satu. Siklus hidup yang tungau berlangsung selama 6-9 hari dan terdiri dari tiga stadium yaitu stadium 1 berupa fase telur, stadium 2 berupa fase tungau pra-dewasa dan stadium 3 berupa fase tungau dewasa (Suhada et al., 2022).
Tungau Tetranychus spp. umumnya terdapat pada bagian permukaan daun yang hidup berkoloni di bawah jaring yang telah dibuat. Imago hama tungau membuat sarang seperti jaring-jaring yang halus pada sekeliling daun. Sarang ini digunakan sebagai tempat untuk meletakkan telur dan sebagai pelindung bagi tungau agar kelompok tungau dapat makan tanpa adanya gangguan (Indayani et al., 2023).
Baca Juga : Sejarah Hari Menanam Pohon Indonesia