Pertanian

Mengenal Komposisi Media Tanam Kultur Jaringan

Mengenal Komposisi Media Tanam Kultur Jaringan

Misalnya, jika konsentrasi auksin lebih tinggi dibandingkan sitokinin dalam media tanam kultur jaringan, maka eksplan cenderung membentuk akar. Sebaliknya, jika sitokinin lebih dominan, maka tunas yang akan muncul. Jika keduanya seimbang, maka yang terbentuk adalah kalus—massa jaringan yang belum terdiferensiasi yang kemudian bisa dikembangkan lebih lanjut. Penggunaan ZPT harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena kelebihan atau kekurangan sedikit saja bisa berdampak signifikan.

Pembuatan larutan stok ZPT juga memerlukan teknik khusus. Beberapa jenis ZPT tidak larut langsung dalam air sehingga harus dilarutkan terlebih dahulu menggunakan alkohol, NaOH, HCl, atau DMSO sebelum dicampurkan ke media tanam kultur jaringan. Proses ini memerlukan kehati-hatian dan ketelitian tinggi agar konsentrasi zat tidak berubah selama pelarutan.

Vitamin

Vitamin juga termasuk dalam komposisi penting media tanam kultur jaringan. Fungsinya adalah sebagai katalisator yang membantu mempercepat reaksi metabolisme dalam sel tanaman. Beberapa vitamin yang umum digunakan adalah thiamin (vitamin B1), nicotinic acid (vitamin B3), dan pyridoxine (vitamin B6). Dari ketiganya, thiamin dianggap paling esensial karena membantu dalam pertumbuhan dan pembelahan sel.

Baca Juga : Perkembangan dan Manfaat Komoditas Cengkeh Indonesia

Meskipun vitamin dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil, pengaruhnya dalam media tanam kultur jaringan sangat besar. Tanpa vitamin, proses regenerasi tanaman bisa terhambat. Ada pula beberapa vitamin lain seperti biotin, asam folat, asam askorbat, riboflavin, dan vitamin E yang kadang digunakan dalam kultur jaringan spesifik tergantung kebutuhan tanaman.

Keberadaan vitamin dalam media tanam kultur jaringan membantu menjaga stabilitas metabolik eksplan. Mereka juga membantu mengurangi stres oksidatif yang sering terjadi dalam kondisi kultur in vitro yang tertutup dan minim cahaya alami.

Gula

Dalam kondisi in vitro, tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis secara optimal. Oleh karena itu, media tanam kultur jaringan harus dilengkapi dengan sumber energi eksternal berupa gula. Sukrosa adalah jenis gula yang paling umum digunakan, dengan konsentrasi antara 2-3% atau sekitar 20-30 gram per liter. Selain sukrosa, beberapa jenis gula lain yang kadang digunakan adalah glukosa, fruktosa, maltosa, dan galaktosa.

Gula dalam media tanam kultur jaringan bukan hanya sekadar pemanis, tapi sumber karbohidrat utama yang mendukung respirasi sel. Energi yang dihasilkan dari respirasi inilah yang memungkinkan pembelahan sel berlangsung dan jaringan baru tumbuh. Tanpa suplai energi ini, eksplan tidak bisa bertahan lama dalam media.

Penting untuk memastikan bahwa kadar gula dalam media tanam kultur jaringan tetap stabil. Jika terlalu tinggi, bisa menyebabkan osmotik stress; terlalu rendah, eksplan tidak mendapatkan cukup energi untuk bertumbuh.

Asam Amino

Beberapa jenis kultur jaringan memerlukan tambahan asam amino sebagai sumber nitrogen organik. Dalam media tanam kultur jaringan, asam amino seperti L-glutamine, L-asparagine, glycine, arginine, dan casein hydrolysate dapat ditambahkan untuk mempercepat pertumbuhan dan regenerasi sel. Asam amino lebih mudah diserap oleh sel dibandingkan nitrogen dari garam anorganik, sehingga lebih efisien untuk jenis eksplan tertentu.

Selain mempercepat pertumbuhan, asam amino juga membantu memperkuat struktur jaringan tanaman. Dalam kultur protoplas dan kultur sel, penggunaan asam amino dalam media tanam kultur jaringan bisa sangat menentukan keberhasilan karena lingkungan buatan ini memerlukan suplai nitrogen yang cepat dan stabil.

Walau tidak selalu diperlukan, kehadiran asam amino dalam media tanam kultur jaringan bisa menjadi penentu terutama pada spesies tanaman yang sulit ditumbuhkan secara in vitro. Oleh karena itu, penggunaannya harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik eksplan yang digunakan.

Agen Pemadat

Akhirnya, elemen penting lain dari media tanam kultur jaringan adalah agen pemadat seperti agar, agarose, dan gellan gum. Tujuan dari penambahan pemadat ini adalah untuk mengubah media cair menjadi padat atau semi-padat sehingga eksplan bisa tumbuh stabil di atas permukaannya. Konsentrasi yang digunakan biasanya antara 0,7-1% untuk agar dan 0,2-0,6% untuk gellan gum.

Baca Juga : Mengenal Tanaman Adem Ati (Litsea glutinosa (Lour.) C.D. Robins.) dan Manfaatnya

Pemilihan jenis dan konsentrasi pemadat sangat penting karena akan memengaruhi penyerapan nutrisi oleh eksplan. Jika media tanam kultur jaringan terlalu padat, akar dan tunas akan kesulitan menyerap nutrisi. Sebaliknya, jika terlalu cair, eksplan bisa tenggelam dan terkena kontaminasi.

Secara keseluruhan, media tanam kultur jaringan merupakan perpaduan ilmiah dari berbagai komponen penting yang harus diracik dengan teliti. Setiap unsur punya fungsi spesifik yang saling melengkapi, dan hanya dengan keseimbangan yang tepat, eksplan dapat tumbuh menjadi tanaman utuh yang sehat dan produktif. Teknologi ini bukan hanya penting bagi penelitian, tapi juga menjadi solusi masa depan untuk pertanian berkelanjutan, konservasi tanaman, hingga industri hortikultura modern.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Rumah Tani

Related posts

Pembibitan Tanaman Selada Dengan Menggunakan Media Tanam Rockwool (Rockwool Nursery Technique)

Editor

Mengenal Tanaman Adem Ati (Litsea glutinosa (Lour.) C.D. Robins.) dan Manfaatnya

Rumah Tani

Tanam dan Pola Tanam

Rumah Tani

1 comment

Teknik Pembuatan Media Kultur Jaringan 16 Mei 2025 at 23:16

[…] Mengenal Komposisi Media Tanam Kultur Jaringan […]

Reply

Leave a Comment