Rumah Tani – Bagi banyak petani, padi bukan sekadar tanaman, tetapi sumber kehidupan dan penopang ekonomi keluarga. Namun, di balik hijau segarnya hamparan sawah, ada ancaman kecil yang sering tak terlihat tetapi sangat mematikan, yaitu Rice Grassy Stunt Virus (RGSV). Penyakit ini menjadi momok besar dalam dunia pertanian karena mampu menghancurkan hasil panen secara total hanya dalam waktu singkat. Nama Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) berasal dari gejala khas yang ditimbulkannya: tanaman menjadi kerdil dan menghasilkan banyak anakan sehingga terlihat seperti rumpun rumput. Sekilas tampak seolah tanaman tumbuh subur, padahal sebenarnya sedang terserang penyakit serius.
Penyakit Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara dan kini telah menyebar luas di berbagai negara penghasil padi utama dunia. Virus ini menjadi perhatian karena penularannya sangat cepat, terutama ketika populasi wereng batang coklat (WBC) meledak. Dalam kondisi tertentu, satu musim tanam bisa berubah menjadi mimpi buruk bagi petani: batang-batang padi yang seharusnya berisi gabah malah berubah menjadi rumpun hijau tanpa hasil. Oleh karena itu, memahami lebih dalam tentang Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) sangat penting agar petani dapat mengambil langkah pencegahan yang tepat sebelum terlambat.
Apa Itu Rice Grassy Stunt Virus (RGSV)?
Secara ilmiah, Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) termasuk ke dalam genus Tenuivirus, yang berasal dari kata Latin tenuis yang berarti “tipis”. Penamaan ini sangat menggambarkan bentuk partikel virusnya yang halus dan fleksibel seperti benang. Di bawah mikroskop elektron, partikel Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) tampak seperti filamen tipis berdiameter sekitar 6–8 nanometer, sering kali tampak melingkar atau terpilin. Struktur unik inilah yang membuat virus ini mampu bergerak di dalam jaringan tanaman padi dan menginfeksi bagian-bagian penting seperti batang dan daun.
Genom dari Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) terdiri atas RNA untai tunggal, yang berarti virus ini hanya membawa satu salinan kode genetiknya. RNA tersebut akan digunakan untuk memperbanyak diri di dalam tubuh tanaman yang terinfeksi. Meskipun sederhana, kemampuan replikasi Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) sangat efisien sehingga dalam waktu singkat, seluruh jaringan tanaman bisa terinfeksi. Akibatnya, proses fotosintesis terganggu dan pertumbuhan tanaman berhenti total.
Yang menarik, Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) tidak menular melalui benih, tanah, atau air. Artinya, petani tidak perlu khawatir menanam kembali benih dari hasil panen sebelumnya. Namun, bukan berarti virus ini tidak berbahaya—karena cara penularannya jauh lebih kompleks dan melibatkan vektor serangga yang dikenal sebagai wereng batang coklat. Di sinilah kunci peran penting hama ini dalam penyebaran penyakit di lapangan.
Hubungan Erat Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) dan Wereng Batang Coklat
Vektor utama dari Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) adalah Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens). Serangga kecil ini hidup di batang bawah tanaman padi dan mengisap cairan tanaman untuk bertahan hidup. Dalam proses makan inilah, Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) berpindah dari tanaman terinfeksi ke tanaman sehat. Uniknya, hubungan antara virus dan wereng bersifat Persisten-Propagatif.
Baca Juga : Biologi, Siklus Hidup, dan Dampak Ganda Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)
Artinya, ketika wereng mengisap tanaman padi yang sudah terinfeksi Rice Grassy Stunt Virus (RGSV), virus tersebut tidak hanya masuk ke dalam tubuh wereng tetapi juga berkembang biak di dalamnya. Setelah melalui masa laten sekitar 5–28 hari, wereng menjadi infektif dan mampu menularkan virus setiap kali ia makan pada tanaman baru. Sekali terinfeksi, wereng akan membawa Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) seumur hidupnya, bahkan setelah berganti fase dari nimfa menjadi dewasa. Inilah yang disebut trans-stadial transmission.
Namun menariknya, Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) tidak diturunkan secara transovarial, artinya virus tidak menular dari induk wereng ke telur-telurnya. Setiap generasi baru wereng harus kembali mendapatkan virus dari tanaman yang terinfeksi. Meskipun begitu, dalam kondisi lapangan, siklus ini tetap berjalan terus-menerus, terutama jika petani menanam padi tanpa jeda sepanjang tahun. Maka tidak heran, wabah Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) sering terjadi di daerah yang menerapkan pola tanam padi tiga kali setahun tanpa pergiliran tanaman.
Gejala Serangan Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) pada Tanaman Padi
Tanaman padi yang terinfeksi Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) menunjukkan gejala khas yang sangat mudah dikenali jika diperhatikan dengan cermat. Gejala paling umum adalah kerdil parah (severe stunting). Tanaman tumbuh sangat pendek, jauh lebih rendah dibandingkan tanaman sehat di sekitarnya. Selain itu, muncul gejala anakan berlebihan (excessive tillering) yang membuat rumpun padi tampak rimbun seperti semak. Inilah alasan mengapa penyakit ini disebut “grassy stunt”, karena tanaman yang terinfeksi tampak seperti rumpun rumput.
Selain kerdil, daun padi yang terinfeksi Rice Grassy Stunt Virus (RGSV) biasanya berubah warna menjadi hijau kekuningan atau pucat, dengan bentuk yang lebih sempit dan kaku. Tidak jarang permukaan daun ditumbuhi bintik-bintik berwarna coklat karat (rusty spots) yang akhirnya menyatu membentuk bercak besar. Dalam kasus yang lebih parah, tanaman gagal membentuk malai atau hanya menghasilkan gabah kosong yang tidak bisa dipanen.