Image Acrostihum aureum L. From NPark Flora and Fauna Web
Rumah Tani – Paku laut (Acrostichum aureum L) atau yang juga dikenal dengan sejumlah nama lokal seperti paku cai, paku hata diuk, krakas, warakas, kakakeok, dan rewayang, adalah sejenis paku-pakuan berukuran besar yang tumbuh subur di lingkungan hutan bakau dan lahan basah lainnya. Tanaman ini memiliki beragam peran dan manfaat yang meluas dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari ekologi hutan bakau hingga penggunaan sebagai obat tradisional dan bahan makanan. Artikel ini akan membahas morfologi, habitat, ekologi, penyebaran, manfaat, dan budidaya dari paku laut, serta berbagai aspek lain yang membuatnya menjadi tanaman yang penting di ekosistem hutan bakau dan kehidupan manusia.
Morfologi dan Karakteristik Tanaman Paku Laut
Paku laut memiliki karakteristik morfologi yang unik. Tanaman ini dapat tumbuh hingga setinggi 3 meter dan memiliki batang yang kokoh, tegak, dan berwarna coklat kemerahan. Batang paku laut ditutupi oleh sisik-sisik yang relatif besar, berukuran sekitar 4 kali 1,8 cm, dan terbagi dalam berbagai ruas. Batang yang kuat ini memberikan kekuatan dan stabilitas pada tanaman paku laut, sehingga ia mampu bertahan dalam kondisi lingkungan yang keras.
Daun paku laut juga memiliki ciri khasnya sendiri. Daun berpelepah tegak berwarna hijau tua tersusun atas 24-30 pinnae (struktur seperti daun) dengan susunan bergantian. Tangkai daun pelepah (stipe) biasanya panjangnya sekitar 1 meter, dan daunnya memiliki sekitar 5-8 pasang pinnae subur di dekat ujungnya. Bagian bawah dari pinnae ini ditutupi oleh sporangia berwarna coklat kemerahan. Sementara itu, pinnae sisanya tidak subur. Pinnae berbentuk lonjong dengan ujung yang tumpul, memiliki panjang berkisar antara 8 hingga 50 cm, dan lebar antara 1 hingga 7 cm. Sebelum matang, daun paku laut berwarna merah cerah, memberikan tampilan yang menarik.
Baca Juga : Teruntung (Aegiceras floridum)
Paku laut juga menghasilkan sporanya, yang berbentuk bulat dan berwarna hitam. Morfologi unik ini membantu paku laut untuk menyesuaikan diri dengan habitatnya di hutan bakau dan lahan basah.
Klasifikasi Paku Laut
Tanaman paku laut atau Acrostichum aureum L dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Kingdom: Plantae
- Divisi: Pteridophyta
- Kelas: Pteridopsida
- Ordo: Pteridales
- Famili: Pteridaceae
- Genus: Acrostichum
- Spesies: Acrostichum aureum
Habitat dan Ekologi Paku Laut
Habitat paku laut sangat bervariasi. Tanaman ini dapat tumbuh di berbagai lingkungan, mulai dari hutan bakau, rawa-rawa, hingga tepi sungai. Salah satu karakteristik utama habitat paku laut adalah tanah yang lembap dan kaya akan bahan organik. Paku laut memiliki toleransi terhadap kondisi air yang berubah-ubah, baik salin maupun tidak salin, dan dapat tumbuh dengan baik di bawah sinar matahari penuh.
Peran ekologis paku laut dalam ekosistem hutan bakau sangat penting. Tanaman ini membantu menahan erosi pantai dengan akar yang kuat, menjaga stabilitas tanah di wilayah rawa bakau, serta menyediakan habitat bagi berbagai jenis hewan, seperti burung, kera, dan berbagai jenis ikan yang hidup di sekitarnya. Tanaman ini juga berperan sebagai penyaring alami yang membantu membersihkan air dan mengurangi kadar polusi di daerah tersebut.
Penyebaran Tanaman Paku Laut
Paku laut merupakan tanaman pantropis yang dapat ditemukan di sepanjang pantai Asia, Amerika, dan Afrika. Tanaman ini berlimpah di vegetasi bakau di seluruh Asia Tenggara, dan penyebarannya cukup luas. Di Malaysia, Indonesia (termasuk Kalimantan, Sulawesi Utara, Kangean), dan Filipina, tanaman ini memiliki nilai budaya dan ekonomi yang signifikan. Tunas muda paku laut dapat dikonsumsi sebagai sayuran lokal, meskipun perlu diingat bahwa tanaman ini mengandung thiaminase, yang dapat merampas vitamin B kompleks dari tubuh. Namun, thiaminase dapat dihilangkan dengan memasak tunas muda sebelum dikonsumsi.
Baca Juga
Di India, daun paku laut sering digunakan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi gigitan ular. Selain itu, bagian daun dan rimpangnya telah digunakan di seluruh Asia Tenggara sebagai tapal untuk mengobati luka dan bisul. Masyarakat Vietnam dan Pasifik juga telah memanfaatkan daun yang keras, kering seperti perkamen, dengan menjahitnya menjadi atap sebagai pengganti jerami. Penyebaran luas dan pemanfaatan yang beragam dari paku laut menjadi bukti betapa berharga tanaman ini dalam konteks budaya dan ekonomi.