BeritaPerikanan

Cara Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Baik dan Benar

Baca Juga : Ikan Discus (Symphysodon spp.)

Kolam air deras memiliki luas yang biasanya lebih kecil daripada kolam air tenang. Areal kolam dipetak-petakkan menjadi ukuran kolam yang kecil-kecil untuk memastikan aliran air tetap deras. Kedalaman kolam juga dirancang lebih dalam dibandingkan dengan kolam air tenang. Dinding kolam terbuat dari tembok untuk mencegah erosi yang mungkin terjadi akibat kikisan air yang kuat.

Dalam budidaya ikan mas di kolam air deras, beberapa hal perlu diperhatikan. Pertama, kolam air deras membutuhkan debit air yang besar, sekitar 25-100 liter per detik, dan penting untuk memastikan sumber air tetap lancar. Selanjutnya, penggunaan benih ikan mas dengan bobot 100 gram per ekor disarankan, dengan kapasitas penebaran benih di kolam air deras sekitar 30-60 ekor per meter persegi. Semakin deras aliran air, semakin besar kapasitas penebaran.

Pemberian pakan juga merupakan aspek penting dalam budidaya ini. Pakan dengan kandungan protein sekitar 25-30% disarankan, dan pelet yang diberikan harus dapat bertahan dalam air yang memiliki aliran cukup kencang. Dosis pemberian pakan sekitar 4% dari bobot tubuh ikan, dan pemantauan berkala dengan menimbang sebagian ikan setiap dua minggu membantu menyesuaikan jumlah pakan.

Pemberian pakan dapat dilakukan dengan cara ditebar atau menggunakan wadah aluminium yang diletakkan di atas kolam, dengan pendulum menjulur ke dalam air. Frekuensi pemberian pakan adalah 3 kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari. Setelah 2,5-3 bulan, ikan mas dapat dipanen dengan hasil mencapai 3-4 kali lipat dari bobot awal, menandai keberhasilan dalam budidaya ikan mas di kolam air deras.

Baca Juga : Ikan Cupang (Betta splendens)

c. Jaring Apung

Budidaya ikan mas dalam jaring apung umumnya dilakukan di waduk-waduk besar dan danau, menciptakan sistem yang berbeda namun efektif untuk menghasilkan ikan. Jaring yang digunakan terbuat dari bahan polyethylene yang tahan lama, memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap kondisi lingkungan air. Jaring ini diatur menggantung pada kerangka rakit berbentuk segi empat, dan kedalaman jaring apung maksimal diperbolehkan mencapai 3 meter.

Kerangka kolam yang mendukung jaring apung biasanya terbuat dari bahan bambu atau kayu. Kerangka tersebut dirancang untuk mengapung di atas permukaan air dengan bantuan drum atau jeriken sebagai bantalan. Agar kerangka tidak terbawa arus air, pemasangan jangkar yang menambat ke dasar kolam menjadi langkah penting. Selain itu, jaring apung sering dilengkapi dengan saung, yang berfungsi sebagai tempat bagi penunggu atau menyimpan peralatan dan pakan yang diperlukan.

Dalam budidaya ikan mas di jaring apung, beberapa hal perlu diperhatikan untuk memastikan keberhasilan usaha:

  • Pertama, penggunaan jaring berukuran 1,5 cm memberikan keamanan dan kontrol yang optimal dalam menjaga ikan mas. Kedalaman jaring apung diatur hingga 3 meter, menciptakan ruang yang cukup untuk pertumbuhan ikan.
  • Kemudian, penggunaan benih ikan mas dengan berat 100 gram per ekor menjadi standar untuk memastikan pertumbuhan yang sehat. Kapasitas padat tebar jaring apung dianjurkan sekitar 30 ekor per meter persegi, mempertimbangkan ketersediaan ruang yang terbatas.
  • Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein sekitar 25%, memberikan asupan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan ikan. Jumlah pakan yang dibutuhkan setiap hari dihitung sekitar 4% dari bobot tubuh ikan. Pemantauan berkelanjutan dilakukan dengan menimbang sebagian ikan setiap dua minggu untuk menyesuaikan jumlah pakan.
  • Frekuensi pemberian pakan diatur sebanyak 3 kali sehari, pada pagi, siang, dan sore hari, memastikan ikan mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan terjaga kesehatannya. 
  • Budidaya ikan mas dalam jaring apung dapat dipanen setelah 3 bulan, dengan ukuran ikan mencapai 300-400 gram per ekor. Kesuksesan dalam mengimplementasikan faktor-faktor tersebut menciptakan sistem budidaya yang efisien dan produktif untuk pemeliharaan ikan mas di perairan terbuka.

Baca Juga : Ikan Arwana (Osteoglossum spp.)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Berkembangnya usaha budidaya ikan mas menyertakan risiko penyebaran penyakit. Oleh karena itu, pengendalian hama dan penyakit menjadi langkah penting untuk meminimalkan risiko. Pengetahuan mengenai berbagai penyakit yang dapat menyerang ikan mas diperlukan untuk menjaga kesehatan stok ikan. Jenis-jenis hama dan penyakit yang biasa menyerang pada ikan mas sudah dijelaskan dengan detail pada artikel yang berjudul jenis-jenis hama ikan mas dan penyakit ikan mas.

Panen Budidaya Ikan Mas

Secara umum, tingkat keekonomian dalam pembesaran ikan mas dapat diukur dengan bobot ikan yang mencapai kisaran 300-400 gram per ekor. Ikan dengan bobot di bawah batas tersebut masih memiliki potensi untuk terus dibesarkan, mengingat masih ada ruang pertumbuhan yang dapat dimanfaatkan. Sebaliknya, jika bobot ikan melebihi kisaran tersebut, pembesaran ikan mas menjadi kurang ekonomis. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara porsi pakan yang dikonsumsi ikan dan pertumbuhan serta harga jual ikan.

Dalam konteks pembesaran ikan mas, semakin lama waktu pembesaran, semakin besar biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh para pembudidaya. Biaya pemeliharaan, khususnya untuk pakan, cenderung meningkat seiring dengan pertambahan bobot ikan per ekor. Kondisi ini menciptakan tantangan ekonomis, di mana biaya produksi yang meningkat mungkin tidak sebanding dengan nilai jual ikan, terutama jika pasar tidak memberikan respon positif terhadap ikan berukuran besar.

Baca Juga : Ikan Gurami (Osphronemidae family)

Keberhasilan pembesaran ikan mas juga sangat tergantung pada kondisi pasar. Jika terdapat permintaan pasar yang menerima ikan mas berukuran besar dengan harga per kilogram yang lebih tinggi, maka pembesaran ikan mas masih dianggap layak secara ekonomis. Dalam hal ini, faktor pasar menjadi penentu utama keberlanjutan usaha pembesaran ikan mas.

Waktu yang diperlukan untuk melakukan budidaya ikan mas dari ukuran 100 gram per ekor hingga mencapai ukuran siap konsumsi sekitar 300-400 gram per ekor adalah sekitar 2-3 bulan. Dalam periode waktu tersebut, bobot ikan akan mengalami peningkatan signifikan, tumbuh 3-4 kali lipat dari bobot awal. Hal ini menunjukkan bahwa ikan mas memiliki potensi pertumbuhan yang cepat, asalkan kondisi lingkungan dan manajemen budidaya dikelola dengan baik. Kecepatan pertumbuhan yang optimal menjadi kunci keberhasilan dalam mencapai tingkat bobot yang ekonomis dan menguntungkan.

Budidaya ikan mas bukan hanya sebuah kegiatan ekonomi, tetapi juga seni yang melibatkan pemahaman mendalam tentang lingkungan, teknik pembenihan, pembesaran, dan manajemen risiko. Dengan perkembangan teknologi dan pengetahuan yang terus berkembang, budidaya ikan mas di Indonesia terus mengalami peningkatan, menjadikannya sebagai bagian integral dari kekayaan perikanan dan sumber pendapatan yang berkelanjutan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Related posts

Panduan Tata Cara Pendaftaran CPNS dan PPPK 2023

Editor

Jangan Asal Tanam, Berikut ini 5 Varian Pohon yang Tidak Disarankan Ditanam di Area Halaman Rumah

Editor

Temu Penyuluh Pertanian PPPK: Genjot Daya Saing Produksi Pertanian dalam Negeri

Editor

Leave a Comment