Rumah Tani, Teknik Pencampuran Pestisida – Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia yang terus meningkat, kebutuhan akan produksi pangan yang cukup menjadi semakin penting. Untuk mencapai hasil pertanian yang optimal, petani sering kali mengandalkan pestisida sebagai salah satu solusi dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Namun, dalam upaya untuk meningkatkan efektivitas penggunaan pestisida, sering kali muncul praktik pencampuran pestisida yang tidak sesuai dengan standar yang benar.
Pencampuran lebih dari satu jenis pestisida atau bahkan dengan bahan lain seperti pupuk daun, dapat membawa dampak negatif yang tidak diinginkan bagi pertumbuhan tanaman maupun kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting untuk memahami dengan baik prinsip-prinsip yang mendasari penggunaan pestisida dan praktik pencampurannya untuk mencapai hasil pertanian yang optimal dan berkelanjutan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa hal yang perlu dipertimbangkan terkait dengan pencampuran pestisida serta implikasinya bagi pertanian modern.
Baca Juga :Â 13 Jenis Formulasi Pestisida Yang Wajib Diketahui
Pencampuran Pestisida
Pencampuran pestisida merupakan praktik umum yang dilakukan oleh petani untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Di Kabupaten Brebes, petani cabai merah dan bawang merah dikenal mencampurkan hingga 8 macam pestisida dalam satu aplikasi untuk mengatasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Namun, perlu diingat bahwa pencampuran sembarangan dapat berdampak negatif terhadap efikasi pestisida. Efek antogonistik atau netral bisa terjadi, yang berakibat pada penurunan kinerja pestisida tersebut.
Sebaiknya, dalam melakukan pencampuran pestisida, petani tidak mengambil pestisida dari kemasan dengan konsentrasi pekat langsung. Langkah yang lebih bijak adalah mencampurkan pestisida ke dalam air dalam ember, lalu diaduk hingga merata sebelum diencerkan dalam tangki semprot. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa bahan aktif dari pestisida tercampur dengan baik dan tidak terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
Penting juga untuk memperhatikan inkompatibilitas antara pestisida yang akan dicampur. Jangan mencampurkan dua atau lebih pestisida yang memiliki sifat fisik atau formulasi yang sama. Contohnya, hindari mencampurkan larutan air dengan larutan air, atau suspensi dengan suspensi. Namun, ada beberapa kombinasi yang diperbolehkan, seperti mencampurkan larutan air dengan suspensi atau emulsi. Lebih baiknya, lihatlah tabel khusus yang menyediakan informasi lebih detail mengenai kompatibilitas pestisida yang hendak dicampur. Perhtikan tabel dibawah ini :
Baca Juga :Â Herbisida Selektif vs Non-Selektif: Pengertian, Cara Kerja, dan Contoh
Misalnya, ketika kita perlu mengaplikasikan tiga jenis pestisida secara bersamaan, yaitu insektisida untuk kutu daun, insektisida untuk ulat, dan fungisida, langkah-langkah yang tepat perlu diambil. Pertama, insektisida yang mengandung abamektin (gol. avermektin) dalam bentuk formula EC digunakan untuk memerangi kutu daun. Abamektin adalah senyawa yang efektif dalam mengendalikan kutu daun. Kedua, insektisida asefat (organofosfat) dalam formula SP yang larut dalam air digunakan untuk mengatasi ulat. Asefat terbukti efektif dalam mengendalikan populasi ulat. Ketiga, propineb (dithiokarbamat) dalam formula WP digunakan sebagai fungisida untuk melawan infeksi jamur. Propineb terkenal karena kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan jamur dan mencegah penyebarannya.
Praktik yang baik dalam pencampuran pestisida ini sangat penting untuk memastikan efektivitasnya dalam mengendalikan OPT tanaman. Dengan memperhatikan cara pencampuran yang tepat dan menghindari kombinasi yang tidak cocok, petani dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pestisida dan juga mengurangi risiko terjadinya resistensi hama dan penyakit terhadap pestisida yang digunakan. Hal ini akan berdampak positif pada produktivitas dan kesejahteraan petani serta keberlanjutan lingkungan pertanian.
Pencampuran Pestisida dan Pupuk
Pencampuran pestisida dengan produk pupuk merupakan tindakan yang tidak disarankan karena dapat mengakibatkan penurunan efikasi pestisida. Hal ini disebabkan oleh perbedaan sifat kimia antara pestisida dan pupuk daun. Secara umum, pestisida memiliki sifat asam, sedangkan pupuk daun cenderung bersifat basa. Ketika keduanya dicampur, reaksi kimia dapat terjadi yang mengakibatkan netralisasi, sehingga efektivitas pestisida menjadi menurun dan pupuk daun tidak memberikan manfaat yang diharapkan.
Baca Juga :Â Mengenal Pengertian Serta Jenis Insektisida dan Akarisida
Selain itu, waktu aplikasi pestisida dan pupuk daun juga berbeda. Pengaplikasian pestisida disarankan dilakukan pada sore hari, sekitar dua jam setelah aplikasi, saat suhu dan kelembaban udara stabil atau mulai menurun. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pestisida dapat bekerja secara optimal tanpa terpengaruh oleh kondisi cuaca yang berubah-ubah. Di sisi lain, aplikasi pupuk daun lebih baik dilakukan pada pagi atau siang hari, khususnya antara pukul 09.00 hingga 10.00. Pada saat itu, stomata atau mulut daun tanaman terbuka lebar, sehingga larutan pupuk daun dapat dengan mudah diserap oleh tanaman, meningkatkan efisiensi pemupukan.
Ketika hendak mencampurkan pestisida dengan produk pupuk, terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan. Pertama-tama, penting untuk memilih pupuk daun yang memiliki pH larutan netral atau mendekati netral. Terutama, pupuk daun yang mengandung unsur mikro dalam bentuk chelate seperti MICRONSEL. Pupuk daun yang memiliki pH netral dan mengandung chelate dapat dicampur dengan pestisida. Namun, untuk pestisida yang larut dalam air seperti AS (Aqua Solution), SL (Soluble Liquid), SP (Soluble Powder), SC (Soluble Concentrate), dan WSC (Water Soluble Concentrate), sebaiknya dilakukan uji kompatibilitas terlebih dahulu. Ini karena ada beberapa pestisida yang mungkin tidak kompatibel dengan pupuk tertentu.
Khusus untuk pestisida dengan sifat alkali seperti tembaga oksida dan tembaga hidroksida, disarankan untuk mengaplikasikannya secara tunggal atau mencampurkannya dengan pupuk kalsium karbonat yang tidak larut dalam air. Hal ini dikarenakan sifat alkali dapat mengubah struktur kimia formula pestisida yang berbasis minyak (seperti EC – Emulsifiable Concentrate, EW – Emulsion, dan E – Emulsifier). Begitu pula dengan formula yang larut dalam air seperti AS, SL, SP, SC, dan WSC. Perlu diingat bahwa pestisida dengan formula suspensi yang tidak larut dalam air juga berpotensi bereaksi dengan formula yang mengandung sulfur seperti thiol dan thiokarbamat.
2 comments
[…] Baca Juga :Â Memahami Teknik Pencampuran Pestisida […]
[…] Baca Juga :Â Memahami Teknik Pencampuran Pestisida […]