Pertanian

Memahami Teknik Pencampuran Pestisida

Pencampuran pestisida dengan produk pupuk

Baca Juga : Pembahasan Lengkap Mengenai Pengelompokan Pestisida

Penting untuk diwaspadai bahwa tembaga oksida atau hidroksida dalam larutan asam dapat melarutkan sebagian tembaga yang kemudian dapat meracuni sel tanaman jika digunakan dalam jumlah berlebihan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan kompatibilitas antara pestisida dan pupuk yang akan dicampurkan untuk memastikan keamanan serta efektivitas penggunaannya. Tes kompatibilitas dan pemilihan pupuk dengan pH netral atau mendekati netral dapat membantu mencegah masalah yang mungkin timbul akibat interaksi yang tidak diinginkan antara pestisida dan pupuk.

Pencampuran Pestisida Berdasarkan Formulasinya

Pencampuran pestisida harus dilakukan dengan hati-hati, terutama berdasarkan formulasi masing-masing. Sebagai contoh, dalam beberapa kasus, pencampuran pestisida yang memiliki formulasi berbentuk WP (Wettable Powder) tidak dianjurkan untuk dicampur dengan formulasi EC (Emulsifiable Concentrate). Hal ini disebabkan oleh kemungkinan terbentuknya endapan yang dapat menurunkan efikasi pestisida serta menyumbat lubang spuyer pada alat aplikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyesuaian dan penghindaran pencampuran bahan-bahan yang tidak kompatibel untuk memastikan efektivitas penggunaan pestisida.

Selain itu, perlu diingat bahwa kombinasi atau pencampuran pestisida tidak berarti boleh mengurangi dosis masing-masing bahan dengan anggapan agar tanaman tidak mengalami keracunan. Meskipun campuran pestisida tepat dan varian tidak terlalu banyak, penggunaan dosis sesuai dengan anjuran tetap penting untuk memastikan efektivitas dan keamanan aplikasi. Mengurangi dosis secara sembarangan dapat mengurangi efektivitas pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dan meningkatkan risiko terjadinya resistensi terhadap pestisida.

Baca Juga : Mengenal Pestisida dan Ruang Lingkupnya

Untuk mencegah resistensi OPT, disarankan untuk menggunakan 2 hingga 3 jenis pestisida dengan bahan aktif dan mode of action yang berbeda untuk setiap jenis OPT yang akan dikendalikan. Aplikasi pestisida juga sebaiknya diselang-seling, bukan dicampurkan menjadi satu, untuk memaksimalkan efektivitas pengendalian dan mengurangi risiko terbentuknya resistensi. Sebagai contoh, dalam satu aplikasi, dapat menggunakan insektisida sistemik, kemudian pada aplikasi berikutnya, digunakan insektisida kontak, sementara fungisida digunakan secara bergantian antara sistemik dan kontak.

Selain itu, perlu diingat bahwa pestisida yang sudah dicampurkan dan dilarutkan dalam air harus segera digunakan sampai habis. Hal ini dikarenakan dalam beberapa jam, bahan aktif dalam pestisida akan mengalami degradasi dan mengurangi daya kerjanya. Oleh karena itu, penyimpanan campuran pestisida yang sudah diencerkan tidak disarankan, dan sebaiknya digunakan segera setelah persiapan campuran dilakukan untuk memastikan efektivitas penggunaannya.

Urutan Mencampur Pestisida

Dalam mencampur beberapa pestisida dalam satu kali aplikasi, terdapat beberapa metode urutan yang disarankan. Metode-metode ini berbeda tergantung pada jenis formulasi pestisida yang digunakan. Salah satu metode yang sering digunakan dan dianjurkan adalah metode WALES, yang merupakan singkatan dari WP (Wettable Powder), Agitation (aduk), Liquid, EC (Emulsifiable Concentrate), dan Surfactant (termasuk adjuvan).

Baca Juga : Memahami Pengertian Tanam dan Pola Tanam

Secara lebih detail, urutan WALES dimulai dengan penggunaan pestisida berformulasi WP atau dispersi serupa seperti F/WDG/DF. Selanjutnya adalah proses agitation, yang berarti melakukan pengadukan secara merata untuk memastikan bahwa campuran pestisida terdispersi dengan baik. Kemudian, diikuti dengan salah satu dari pestisida berformulasi liquid soluble (larutan) seperti AS (Aqua Solution), SL (Soluble Liquid), SP (Soluble Powder), SC (Soluble Concentrate), WSC (Water Soluble Concentrate), atau SG (Soluble Granule), yang juga diaduk secara merata. Setelah itu, dilanjutkan dengan penggunaan salah satu dari pestisida berformulasi EC (Emulsifiable Concentrate), E (Emulsion), atau EW (Emulsifier), yang juga diaduk secara merata. Terakhir, ditambahkan surfaktan atau adjuvan.

Pupuk daun dapat dicampurkan sebelum atau setelah penggunaan surfaktan atau adjuvan. Namun, penting untuk dicatat bahwa jika dalam campuran tersebut terdapat pestisida larut air seperti AS, SL, SP, SC, WSC, atau SG, disarankan untuk melakukan uji kompatibilitas terlebih dahulu. Cara melakukan uji kompatibilitas adalah dengan mencampurkan masing-masing 2 – 5 ml dari pestisida dan air sebanyak 5 – 10 ml. Jika tidak terjadi perubahan fisik, maka dapat diasumsikan bahwa kedua bahan tersebut kompatibel untuk dicampur.

Baca Juga : Mengenal Macam-Macam Tipe Perkecambahan

Memahami urutan pencampuran pestisida secara benar dan memperhatikan kompatibilitas antar-bahan sangatlah penting untuk memastikan efektivitas aplikasi serta menghindari potensi masalah yang mungkin timbul akibat interaksi yang tidak diinginkan antara bahan-bahan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk selalu mengikuti panduan dan rekomendasi yang diberikan oleh produsen pestisida serta melakukan uji kompatibilitas jika diperlukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Rumah Tani

Related posts

Mengenal Lebih Dekat Jenis-Jenis Mawar, Pesona dan Keunikan Setiap Kelompok Tanaman Mawar

Rumah Tani

Kenapa Daun Terong Terlihat Seperti Terbakar? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Rumah Tani

Sejarah Hari Menanam Pohon Indonesia

Editor

2 comments

Menerapkan Konsep Tepat dalam Penggunaan Pestisida 3 Mei 2025 at 11:08

[…] Baca Juga : Memahami Teknik Pencampuran Pestisida […]

Reply
Klasifikasi Filum dan Ordo Yang Berpotesi Sebagai Hama 3 Mei 2025 at 11:51

[…] Baca Juga : Memahami Teknik Pencampuran Pestisida […]

Reply

Leave a Comment