Baca Juga :Â Memahami Pengertian Tanam dan Pola Tanam
Di sisi lain, dalam kategori hama pascapanen, terdapat spesies seperti Sitrotoga cerealela, yang dikenal sebagai grain moth, dan Corcyra cephalonica, yang merupakan rice moth. Dengan pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku, siklus hidup, dan karakteristik morfologi dari ordo Lepidoptera, upaya pengendalian hama yang lebih efektif dapat dirancang untuk melindungi hasil panen dan tanaman pertanian secara keseluruhan.
Ordo Diptera (Bangsa Lalat dan Nyamuk)
Ordo Diptera, yang dikenal sebagai bangsa lalat dan nyamuk, memiliki serangga anggota yang memiliki peran yang beragam dalam ekosistem. Anggota ordo ini mencakup serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator, dan parasitoid. Salah satu ciri khas dari serangga dewasa dalam ordo Diptera adalah mereka hanya memiliki satu pasang sayap di depan, sementara sayap belakang mereka tereduksi menjadi struktur yang disebut halter, yang berfungsi sebagai alat keseimbangan saat terbang. Pada bagian kepala, terdapat antena dan mata facet yang membantu dalam orientasi dan persepsi lingkungan.
Tipe alat mulut pada anggota ordo Diptera bervariasi tergantung pada sub-ordonya. Umumnya, mereka memiliki tipe alat mulut penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap, yang disesuaikan dengan kebiasaan makan dan habitatnya. Seluruh anggota ordo Diptera mengalami metamorfosis sempurna atau holometabola, yang berarti siklus hidup mereka meliputi empat tahap: telur, larva, pupa, dan imago.
Baca Juga :Â Mengenal Macam-Macam Tipe Perkecambahan
Beberapa contoh hama yang termasuk dalam ordo Diptera antara lain Bactrocera dorsalis atau lalat buah, yang dikenal menyebabkan kerusakan pada buah-buahan dengan bertindak sebagai vektor bagi penyakit-penyakit tanaman. Liriomyza huidobrensis adalah lalat pengorok daun yang dapat merusak tanaman dengan cara larvanya menggali galeri-galeri di dalam daun. Atherigona exigua dan Ophiomyia phaseoli adalah contoh lain dari lalat yang merugikan, yang dapat menyerang tanaman jagung dan kacang, menyebabkan kerusakan pada bibit dan hasil panen.
Thysanoptera (Bangsa Trips).
Thysanoptera, yang juga dikenal sebagai bangsa trips, merupakan salah satu golongan serangga yang memiliki peran signifikan sebagai hama dalam lingkungan lahan pertanian. Nama Thysanoptera sendiri berasal dari bahasa Yunani, di mana “thysano” berarti “rumbai” dan “pteron” berarti “sayap”, merujuk pada ciri khas serangga ini yang memiliki sayap berumbai-rumbai dengan rambut panjang.
Biasanya, Thysanoptera memiliki dua pasang sayap, meskipun dalam beberapa kasus, sayapnya dapat tereduksi atau bahkan hilang sama sekali. Ukuran serangga ini sangat kecil, berkisar antara 0,5 hingga 14 milimeter, sehingga seringkali sulit untuk dilihat dengan mata telanjang.
Baca Juga :Â Mengenal Bahan Tanam Dalam Budidaya Tanaman
Salah satu ciri khas dari Thysanoptera adalah tipe mulut mereka, yang merupakan alat menusuk menghisap. Hal ini memungkinkan mereka untuk menyerap cairan dari jaringan tanaman yang menjadi target serangan. Thysanoptera memiliki potensi sebagai hama baik pada fase nimfa maupun dewasa, yang dapat menyerang berbagai bagian tanaman seperti bunga, daun, ranting, dan tunas. Gejala serangan trips seringkali terlihat sebagai adanya bercak putih seperti perak pada daun, yang kemudian berubah menjadi coklat dan bintik hitam. Serangan trips dapat menyebabkan daun menjadi keriting dan bahkan rontok dalam beberapa hari setelah serangan.
Selain menjadi hama langsung bagi tanaman, trips juga memiliki potensi sebagai vektor penyakit. Ini berarti bahwa mereka dapat membawa dan menyebarkan patogen penyakit dari satu tanaman ke tanaman lainnya, meningkatkan risiko penyebaran penyakit dalam suatu wilayah pertanian. Contoh serangga trips yang termasuk dalam ordo Thysanoptera adalah Thrips aspinus yang menyerang tanaman mangga, Thrips parvispinus pada tanaman cabai, Thrips javanicus pada tanaman jeruk, dan banyak lagi.
Acari
Acari, atau yang dikenal sebagai tungau, merupakan bagian dari kelas Arachnida, yang juga mencakup laba-laba. Salah satu ciri khas dari kelas Arachnida adalah memiliki empat pasang kaki, tubuh terbagi menjadi dua bagian utama yaitu cephalotorax dan abdomen, serta memiliki alat mulut yang terdiri dari chelicera dan pedipalpi. Dalam ordo Acari, tubuh tungau umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu Idiosoma (bagian tubuh utama) dan Gnatosoma (bagian kepala). Alat mulut tungau termasuk dalam tipe meraut-mengisap, yang memungkinkan mereka untuk menembus jaringan tanaman dan menghisap cairan tumbuhan.
Baca Juga :Â Potensi Buta-buta (Excoecaria agallocha) Sebagai Pestisida Alami
Ketika menyerang tanaman, tungau dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan. Salah satu dampak yang sering terjadi adalah perubahan warna daun menjadi kuning kecoklatan, yang pada akhirnya dapat menyebabkan nekrosis atau kematian jaringan. Serangan tungau dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman secara keseluruhan, sehingga menjadi masalah serius dalam pertanian.
Beberapa contoh hama yang termasuk dalam ordo Acari meliputi Tetranychus urticae yang menyerang berbagai tanaman seperti singkong, Panonychus citri yang sering menginfestasi tanaman jeruk, dan Polyphagotarsonemus latus yang dapat merusak bibit tanaman. Selain itu, terdapat juga tungau yang dapat menginfestasi bahan penyimpanan, seperti Acarus siro, yang sering ditemukan pada produk-produk penyimpanan seperti gandum dan biji-bijian lainnya.
Filum Mollusca
Filum Mollusca merupakan salah satu filum dalam kingdom Animalia yang memiliki anggota-anggota yang sangat beragam, termasuk yang hidup di air dan darat. Salah satu kelas yang terdapat dalam filum ini dan seringkali menimbulkan kerusakan pada tanaman budidaya adalah kelas Gastropoda. Contoh Gastropoda yang sering dijumpai sebagai hama tanaman adalah Achatina fullica, yang dikenal dengan nama bekicot, dan Pomacea canaliculata, yang dikenal sebagai keong mas.
Baca Juga :Â Pestisida Nabati Ajeran (Bidens pilosa L.), Solusi Baru dalam Mengendalikan Hama
Kelas Gastropoda memiliki ciri khas yang membedakannya dari kelas-kelas molluska lainnya. Salah satu ciri yang mencolok adalah bahwa anggota kelas ini umumnya tidak memiliki kaki yang terlihat, namun mereka bergerak menggunakan kaki palsu atau segmentasi mata yang disebut radula. Radula ini digunakan untuk merusak tanaman dengan cara mengeluarkan ludah yang mengandung enzim pencernaan, yang kemudian menyebabkan kerusakan pada jaringan tanaman. Selain itu, Gastropoda juga memiliki antena bertangkai yang dapat ditarik masuk atau keluar (retractile) untuk membantu dalam mencari makanan dan beradaptasi dengan lingkungan.
Proses merusak tanaman oleh Gastropoda biasanya dimulai dengan tanaman yang berwarna hijau daun. Mereka akan membasahi tanaman dengan ludah yang dikeluarkan oleh kelenjar ludahnya. Ludah ini mengandung enzim pencernaan yang membantu dalam mencerna jaringan tanaman. Setelah itu, Gastropoda akan memotong atau mengunyah jaringan tanaman menggunakan gigi-gigi perutnya, yang juga merupakan bagian dari radula. Proses ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan pada tanaman budidaya dan mengganggu produktivitas pertanian.
Filum Chordata
Filum Chordata adalah salah satu filum dalam kingdom Animalia yang mencakup berbagai jenis hewan vertebrata, yang memiliki karakteristik utama berupa adanya notokorda pada tahap awal perkembangan. Dalam filum ini, kelas mamalia, yang merupakan kelompok hewan menyusui, seringkali menjadi perhatian khusus karena beberapa spesies di dalamnya dapat menjadi hama pada tanaman budidaya. Contoh yang sering dijumpai adalah tikus sawah (Rattus argentiventer) dan babi hutan (Sus scrofa).
Baca Juga :Â Mengenal Ajeran (Bidens pilosa) Sebagai Obat
Tikus sawah merupakan salah satu hama yang sering merugikan petani, terutama di daerah pertanian padi. Kerusakan yang disebabkan oleh tikus sawah meliputi patahnya batang padi dan tercabutnya bibit padi dari tanah. Mereka sering kali membuat sarang di sekitar lahan pertanian dan menggali tanah untuk mencari makanan, sehingga mengakibatkan kerusakan struktural pada tanaman padi dan menyebabkan penurunan hasil panen.
Di sisi lain, babi hutan juga dapat menjadi hama pada tanaman budidaya, terutama di daerah-daerah yang memiliki populasi babi hutan yang cukup besar. Babi hutan dapat merusak berbagai jenis tanaman budidaya dengan cara memakan akar, batang, dan bahkan buah-buahan. Mereka sering kali menggali tanah untuk mencari makanan dan mencari tempat berteduh, yang dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada lahan pertanian.
Penting untuk diakui bahwa pemahaman tentang klasifikasi filum dan ordo yang berpotensi sebagai hama memiliki implikasi besar dalam praktik pertanian dan konservasi lingkungan. Dengan mengetahui karakteristik dan perilaku serangga-serangga ini, para ahli pertanian dan pengelola lingkungan dapat mengidentifikasi secara lebih efektif ancaman yang dihadapi oleh tanaman, hewan, dan ekosistem secara keseluruhan. Selain itu, pemahaman yang lebih dalam tentang siklus hidup dan preferensi makanan hama-hama ini memungkinkan pengembangan strategi pengendalian yang lebih terarah dan berkelanjutan, yang pada gilirannya dapat membantu dalam menjaga keberlanjutan produksi pertanian dan keseimbangan ekologi.
Baca Juga :Â Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)
Selain itu, upaya perlindungan tanaman dan keberlanjutan lingkungan juga memerlukan kolaborasi lintas disiplin ilmu dan pemangku kepentingan. Peran para ilmuwan, petani, pemerintah, dan masyarakat umum dalam membangun kesadaran akan pentingnya konservasi biodiversitas dan praktik pertanian berkelanjutan menjadi semakin vital. Dengan mengintegrasikan pengetahuan ilmiah tentang klasifikasi filum dan ordo hama dengan praktik-praktik pertanian yang ramah lingkungan, kita dapat bergerak menuju masa depan di mana pertanian berkelanjutan dan keberlanjutan lingkungan menjadi prioritas utama dalam memastikan ketahanan pangan global dan kesejahteraan ekosistem.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Rumah Tani
2 comments
[…] Baca Juga :Â Klasifikasi Filum dan Ordo Yang Berpotesi Sebagai Hama […]
[…] Baca Juga :Â Klasifikasi Filum dan Ordo Yang Berpotesi Sebagai Hama […]