Pertanian

13 Jenis Formulasi Pestisida Yang Wajib Diketahui

13 Jenis Formulasi Pestisida Yang Wajib Diketahui

Keamanan dan stabilitas merupakan faktor lain yang menjadi keunggulan WP. Formulasi ini umumnya lebih aman dan stabil dibandingkan formulasi cair, dengan risiko penguapan dan dekomposisi yang lebih rendah. Selain itu, WP juga memiliki aplikasi yang luas, tidak hanya terbatas pada pengendalian hama dan penyakit pada tanaman, tetapi juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama di rumah tangga dan lingkungan sekitar.

Baca Juga : Pestisida Nabati Ajeran (Bidens pilosa L.), Solusi Baru dalam Mengendalikan Hama

Namun, seperti halnya formulasi pestisida lainnya, penggunaan WP juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kecenderungan WP untuk mengendap, yang memerlukan agitasi yang konstan saat proses penyemprotan. Selain itu, ada juga risiko tersumbatnya sprayer akibat partikel-partikel WP yang besar, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan dan perawatan yang teratur pada peralatan semprot untuk menjaga kinerjanya.

8. Soluble Powder (S atau SP)

Soluble powder (S atau SP) merupakan salah satu formulasi pestisida yang terkenal karena kemampuannya untuk larut dengan baik dalam air, membentuk larutan yang homogen. Bentuk tepung halusnya memungkinkan pencampuran yang mudah dan cepat dengan air, sehingga memudahkan proses aplikasi. Dalam komposisinya, biasanya terdiri dari bahan aktif pestisida, inert carrier, dan dispersing agent. Bahan aktif pestisida adalah komponen utama yang bertanggung jawab atas efektivitas pengendalian hama, sementara inert carrier berperan sebagai media dan bahan pendispersi membantu dalam proses pelarutan dan menjaga suspensi agar tetap stabil.

Keunggulan utama dari penggunaan soluble powder (S atau SP) adalah kemudahan dalam pencampuran dan aplikasi. Dengan larutannya yang homogen, pengguna dapat dengan mudah menyemprotkan larutan pestisida ke area yang dituju tanpa perlu khawatir akan adanya gumpalan atau ketidakmerataan distribusi bahan aktif. Hal ini membuat proses aplikasi menjadi lebih efisien dan efektif, terutama dalam mengendalikan hama yang menyebar luas.

Selain kemudahan penggunaan, soluble powder (S atau SP) juga dikenal efektif dalam mengendalikan hama. Konsentrasi bahan aktif yang tinggi dalam formulasi ini membuatnya menjadi pilihan yang efisien dalam memberantas populasi hama yang ada. Kemampuan larutnya yang baik juga memastikan bahwa bahan aktif terdistribusi secara merata di area yang diaplikasikan, sehingga memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap tanaman atau lingkungan yang ingin dilindungi.

Baca Juga : Mengenal Ajeran (Bidens pilosa) Sebagai Obat

Keunggulan lainnya adalah stabilitas formulasi ini. Soluble powder (S atau SP) cenderung lebih stabil daripada formulasi lain, seperti emulsifiable concentrate (EC). Stabilitas ini membuatnya lebih tahan terhadap pengaruh sinar matahari atau kondisi cuaca ekstrem, sehingga kualitas dan efektivitas pestisida tetap terjaga dalam jangka waktu yang lebih lama. Keberlangsungan efektivitas pengendalian hama atau penyakit menjadi lebih terjamin dengan penggunaan formulasi yang stabil seperti ini.

Meskipun memiliki banyak keunggulan, penting untuk tetap memperhatikan dosis yang dianjurkan dan teknik aplikasi yang tepat saat menggunakan soluble powder (S atau SP). Pemahaman yang baik tentang cara kerja formulasi ini dan prinsip-prinsip aplikasinya akan membantu memaksimalkan efektivitas penggunaan pestisida, sambil tetap memperhatikan keamanan bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Dengan demikian, penggunaan soluble powder (S atau SP) dapat menjadi salah satu pilihan yang baik dalam strategi pengendalian hama yang holistik dan berkelanjutan.

9. Butiran (G)

Formulasi pestisida dalam bentuk butiran (G) merupakan salah satu opsi yang umum digunakan dalam pertanian untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman yang ditanam di tanah. Dibandingkan dengan formulasi lainnya, seperti cair atau bubuk, formulasi butiran menawarkan beberapa keunggulan dan keuntungan tertentu. Salah satu ciri khasnya adalah konsentrasi bahan aktif yang relatif rendah, biasanya berkisar antara 1% hingga 25%, yang membuatnya lebih aman dan cocok untuk aplikasi pada tanaman dengan tingkat sensitivitas yang berbeda.

Formulasi butiran (G) memiliki karakteristik fisik berupa butiran kecil yang kering dan padat dengan ukuran yang seragam. Ukuran butiran yang seragam ini penting untuk memastikan penaburan yang merata di lapangan tanpa adanya penyumbatan pada alat aplikasi. Proses penaburan dapat dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penabur, yang memungkinkan aplikasi yang lebih cepat dan efisien.

Baca Juga : Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum)

Keuntungan utama dari penggunaan formulasi butiran (G) adalah kemudahan penggunaan dan aplikasi yang mudah. Formulasi ini siap pakai dan tidak memerlukan pencampuran dengan air sebelum aplikasi, sehingga menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, formulasi butiran (G) juga lebih stabil dan tahan terhadap perubahan suhu dan kelembapan, sehingga memiliki umur simpan yang lebih lama dibandingkan formulasi cair.

Dalam praktiknya, formulasi butiran (G) digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit pada berbagai jenis tanaman yang ditanam di tanah, seperti padi, jagung, gandum, dan sayuran. Aplikasi dapat dilakukan pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman, mulai dari penyemaian hingga panen. Dengan demikian, formulasi butiran (G) menjadi pilihan yang efektif dan efisien dalam strategi pengendalian hama dan penyakit bagi petani dan pengelola pertanian.

10. Water Dispersiable Granule (WG atau WDG)

Formulasi pestisida Water Dispersible Granule (WG atau WDG) merupakan salah satu jenis formulasi yang banyak digunakan dalam pertanian. Bentuk butiran halus atau micro granule menjadikan formulasi ini efektif dalam aplikasi karena kemampuannya untuk larut dalam air dengan mudah. Proses larut ini menghasilkan suspensi yang stabil, yang dapat dengan cepat disemprotkan ke area yang ditargetkan. Keuntungan utama dari formulasi WG/WDG adalah kemudahan dalam dispersi dengan air, memungkinkan penggunaan yang lebih efisien dan konsisten.

Salah satu keunggulan utama formulasi WG/WDG adalah kemudahan aplikasinya. Suspensi yang dihasilkan dapat disemprotkan dengan berbagai peralatan semprot, mulai dari sprayer manual hingga traktor, sehingga memungkinkan penggunaan yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan lapangan. Selain itu, formulasi ini juga memungkinkan penggunaan bahan aktif yang lebih sedikit per satuan luas, sehingga lebih efisien dan ekonomis.

Baca Juga : Mengenal Morfologi dan Karakteristik Tanaman Kapas (Gossypium spp.)

Namun, seperti halnya formulasi pestisida lainnya, WG/WDG juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan formulasi butiran lainnya seperti Granule (G). Hal ini dikarenakan proses produksi dan formulasi WG/WDG yang lebih kompleks. Selain itu, suspensi WG/WDG cenderung lebih mudah mengendap, sehingga perlu diaduk secara teratur selama pengaplikasian untuk mencegah pengendapan yang dapat mengganggu efektivitas pengendalian hama atau penyakit.

Lebih lanjut, bahan aktif dalam formulasi WG/WDG juga cenderung lebih mudah terurai oleh sinar matahari dan air dibandingkan dengan formulasi lainnya. Hal ini berarti perlindungan yang diberikan oleh pestisida dengan formulasi ini mungkin memerlukan aplikasi yang lebih sering, terutama di bawah kondisi cuaca yang ekstrem. Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang karakteristik dan penggunaan formulasi WG/WDG sangat penting bagi petani dan pengelola pertanian dalam memastikan efektivitas dan efisiensi dalam pengendalian hama dan penyakit.

11. Seed Dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST)

Seed Dressing (SD) atau Seed Treatment (ST) adalah formulasi pestisida yang dirancang khusus untuk aplikasi langsung pada benih sebelum penanaman. Berbentuk tepung siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif yang relatif rendah, formulasi ini memiliki beberapa keunggulan yang membuatnya diminati dalam praktik pertanian. Salah satu keuntungan utamanya adalah kemudahan penggunaan. Proses aplikasinya cukup sederhana, yaitu dengan menaburkan formulasi SD/ST secara merata pada permukaan benih dan kemudian mengaduknya untuk memastikan setiap benih tercover dengan baik.

Keuntungan lainnya adalah efisiensi dalam penggunaan bahan aktif pestisida. Formulasi SD/ST membutuhkan jumlah bahan aktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan formulasi lain, seperti cair atau granul, karena aplikasinya langsung pada benih yang akan ditanam. Hal ini membuatnya lebih hemat dan efisien dalam penggunaan pestisida, serta mengurangi risiko pencemaran lingkungan.

Baca Juga : Mengenal Tanaman Adem Ati (Litsea glutinosa (Lour.) C.D. Robins.) dan Manfaatnya

Selain itu, formulasi SD/ST juga memberikan perlindungan yang lebih lama terhadap hama dan penyakit pada awal pertumbuhan tanaman. Dengan aplikasi yang dilakukan pada benih sebelum penanaman, pestisida dapat bekerja sejak tahap awal pertumbuhan tanaman, sehingga memberikan perlindungan yang lebih baik pada fase kritis pertumbuhan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit.

Meskipun memiliki berbagai keuntungan, formulasi SD/ST juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kemungkinan bahan aktif mudah terurai oleh sinar matahari dan air. Hal ini berarti perlindungan yang diberikan oleh formulasi ini mungkin memerlukan aplikasi ulang yang lebih sering, terutama jika tanaman berada dalam lingkungan dengan intensitas sinar matahari yang tinggi atau hujan yang sering.

Selain itu, formulasi SD/ST juga rentan terhadap kontaminasi oleh bahan lain, seperti pupuk atau bahan kimia lainnya yang digunakan pada saat aplikasi. Oleh karena itu, penyimpanan formulasi SD/ST harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak terkontaminasi dan tetap dalam kondisi yang baik. Selain itu, formulasi ini juga dapat menggumpal jika tidak disimpan dengan benar, sehingga perlu perhatian ekstra dalam pengelolaannya untuk memastikan kualitasnya tetap terjaga. Dengan memahami baik kelebihan dan kekurangan formulasi SD/ST, petani dapat menggunakan pestisida ini secara efektif dan efisien dalam usaha pertanian mereka.

12. Tepung Hembus atau Dust (D)

Tepung Hembus atau Dust (D) merupakan salah satu formulasi pestisida yang umum digunakan dalam pertanian. Berbentuk bubuk halus dan kering, formulasi ini siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif yang relatif rendah, biasanya antara 1% hingga 10%. Proses aplikasinya dilakukan dengan cara dihembuskan menggunakan alat khusus seperti duster blower atau hand duster, yang membuatnya menjadi pilihan yang efektif untuk mengendalikan hama pada bagian tanaman di atas permukaan tanah.

Baca Juga : Perkembangan dan Manfaat Komoditas Cengkeh Indonesia

Keuntungan utama dari penggunaan tepung hembus adalah kemudahan aplikasinya. Tidak memerlukan pencampuran dengan air menjadikan proses aplikasi lebih cepat dan efisien, menghemat waktu dan tenaga petani. Selain itu, dosis penggunaan tepung hembus umumnya lebih sedikit dibandingkan dengan formulasi pestisida lainnya, sehingga lebih ekonomis dan efisien dalam penggunaannya.

Tepung hembus juga efektif untuk mengendalikan hama tertentu yang menyerang bagian tanaman di atas tanah, seperti kutu daun, wereng, dan thrips. Namun, seperti halnya formulasi pestisida lainnya, tepung hembus juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah mudah terbawa angin, yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan sekitar.

Selain itu, pengguna harus berhati-hati saat mengaplikasikan tepung hembus karena berisiko terhirup dan dapat membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, pengguna harus menggunakan alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, dan kacamata saat mengaplikasikan tepung hembus untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.

Bahan pembawa yang umum digunakan dalam formulasi tepung hembus antara lain tanah liat, talek, dan silika. Ukuran partikel tepung hembus umumnya berkisar antara 10 hingga 30 mikron, yang penting untuk memastikan dispersi yang baik dan melekatnya bubuk pada permukaan tanaman. Beberapa contoh produk pestisida formulasi tepung hembus termasuk Sevin 5 D, Manzate D, dan Parigen 0,5 D, yang umumnya digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman padi, jagung, kedelai, sayuran, dan buah-buahan. Dengan pemahaman yang baik tentang karakteristik dan penggunaan tepung hembus, petani dapat memanfaatkannya secara efektif dalam upaya melindungi tanaman mereka dari serangan hama dan penyakit.

Baca Juga : Manfaat Luar Biasa dari Adas

13. Umpan atau Bait (B)

Umpan atau Bait (B) merupakan salah satu formulasi pestisida yang di khususkan untuk mengendalikan hama tikus atau rodentisida. Formulasi ini hadir dalam bentuk umpan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif yang relatif rendah, berkisar antara 0,0025% hingga 0,025%. Ada dua jenis formulasi umpan yang umum digunakan, yaitu Ready Mix Bait (RB atau RMB) dan Umpan Berkonsentrat (B). Ready Mix Bait adalah formulasi umpan siap pakai yang telah dicampur dengan bahan makanan yang menarik bagi tikus, seperti beras, gandum, atau kacang-kacangan, sementara Umpan Berkonsentrat masih perlu dicampur dengan bahan makanan lain oleh pengguna sebelum digunakan.

Salah satu keuntungan utama penggunaan formulasi umpan adalah kemudahan aplikasinya. Umpan mudah digunakan dan tidak memerlukan alat khusus, cukup ditempatkan di tempat-tempat yang sering dilalui tikus, seperti di sudut ruangan, lubang, atau sepanjang jalur tikus. Umpan ini juga efektif dalam menarik dan membunuh tikus dengan efektif karena bahan makanan yang digunakan sebagai daya tarik. Selain itu, formulasi umpan umumnya lebih aman dibandingkan dengan formulasi pestisida lainnya karena konsentrasi bahan aktif yang rendah.

Namun, penggunaan formulasi umpan juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah risiko terpapar bagi hewan non-target, seperti hewan peliharaan atau hewan liar lainnya, yang dapat terpapar dan keracunan jika memakan umpan. Selain itu, tikus yang telah terpapar pestisida sebelumnya mungkin menjadi resisten terhadap formulasi umpan, sehingga mengurangi efektivitas pengendalian hama tikus.

Penggunaan formulasi umpan harus dilakukan dengan hati-hati. Pengguna disarankan untuk memakai sarung tangan saat mengaplikasikan umpan untuk menghindari kontak langsung dengan bahan pestisida. Beberapa contoh produk pestisida formulasi umpan yang umum digunakan antara lain Racumin 0,005 RB, Klerat 0,005 BB, dan Sumi Rat 0,0025 RB. Formulasi umpan ini sering digunakan untuk mengendalikan hama tikus di berbagai tempat seperti rumah, gudang, perkebunan, dan area lainnya. Dengan pemahaman yang baik tentang karakteristik dan penggunaan formulasi umpan, pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

Baca Juga : Mengenal Tanaman Adas (Foeniculum vulgare Mill.)

Demikianlah 13 jenis formulasi pestisida yang penting untuk dipahami dalam upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman. Dari EC hingga D, setiap formulasi memiliki keunggulan dan kekurangan yang perlu diperhatikan oleh petani dan aplikator pestisida. Penting untuk diingat bahwa pemilihan formulasi yang tepat sangat bergantung pada kebutuhan spesifik pertanian dan kondisi lapangan.

Melalui pemahaman yang mendalam tentang proses formulasi dan peran masing-masing komponen, para pemangku kepentingan pertanian dapat membuat pilihan yang lebih terinformasi dan efektif dalam memilih produk pestisida. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti kemudahan aplikasi, stabilitas, efektivitas, dan keamanan lingkungan, mereka dapat memaksimalkan hasil panen dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Komunitas Rumah Tani

Related posts

Khasiat Jahe (Zingiber Officinale), Obat Tradisional dengan Segudang Manfaat Kesehatan

Rumah Tani

Mengenal Cara Mengonsumsi Bunga Telang

Rumah Tani

Memahami Konsep Pertanian Bekelanjutan

Editor

2 comments

Klasifikasi Filum dan Ordo Yang Berpotesi Sebagai Hama 3 Mei 2025 at 11:51

[…] Baca Juga : 13 Jenis Formulasi Pestisida Yang Wajib Diketahui […]

Reply
Memahami Teknik Pencampuran Pestisida 3 Mei 2025 at 21:58

[…] Baca Juga : 13 Jenis Formulasi Pestisida Yang Wajib Diketahui […]

Reply

Leave a Comment